Tuesday, October 23, 2007

Teleportasi; transportasi masa depan

Setelah lelah dengan aktivitas liburan (liburan ternyata tidak selalu refresh), hari Senin kemaren saya harus kembali bekerja. Kembali kepada aktivitas rutin dan suasana rutin yang sedikit membosankan (hanya sedikit, karena beruntung banyak teman plus situasi kerja yang menyenangkan). Namun yang justru sangat melelahkan adalah perjalanan menuju tempat bekerja.

Seperti umumnya Senin di Jakarta, kemacetan terjadi di mana-mana, di tambah kemaren adalah hari pertama setelah liburan panjang idul fitri, para pekerja baik swasta maupun pemerintah telah mulai beraktivitas, termasuk anak sekolah yang juga tak mau ketinggalan. Semua itu menimbulkan kemacetan yang luar biasa. Pada sore hari saat jam pulang kantor macet jauh lebih parah. Lelah seharian bekerja di tambah macet, debu dan asap kendaraan berpotensi menimbulkan stress.

Belum lagi saya melihat di angkutan umum seperti bis kota, penuh berdesakan penumpang. Keringat saling bercampur dan oksigen-pun harus berbagi. Bahkan udara yang dikeluarkan oleh orang lain tak jarang kita hisap kembali. Hal ini karena kapasitas ruang sudah tidak mampu lagi menampung banyaknya penumpang (sekali lagi saya mesti bersyukur, karena kantor menyediakan fasilitas jemputan yang lumayan nyaman sehingga saya tidak harus seperti mereka dalam angkutan umum). Memang tidak salah jika Jakarta di sebut sebagai tempat sumber segala penyebab stress terbesar di dunia.

Saya jadi berpikir apakah ada alternatif alat transportasi yang anti kemacetan dan tidak dipengaruhi keterbatasan ruang?

Penasaran, saya-pun googling mencari jawaban di maksud, dan dari semua hal yang saya temukan, paling ideal dan dapat memecahkan permasalahan transportasi, bahkan dapat menjadi metode transportasi masa depan, adalah teleportasi.

Sejak roda ditemukan lebih dari 5000 tahun yang lalu, orang-orang telah menemukan cara baru berpergian lebih cepat dari satu tempat ke tempat lain. Kereta kuda, sepeda, mobil, pesawat dan rocket semuanya telah diciptakan untuk mengurangi waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan. Semua bentuk transportasi tersebut mempunyai prinsip yang sama; yakni melintasi jarak secara fisik, dan dapat membawa ke mana saja dari hitungan menit sampai jam tergantung dari titik awal dan akhir (tujuan).

Bagaimana jika ada suatu cara untuk memindahkan anda dari rumah ke supermarket tanpa menggunakan kendaraan, atau dari halaman rumah ke stasiun luar angkasa international tanpa menggunakan pesawat luar angkasa?

Saat ini para ilmuan sedang bekerja dalam metode travel semacam itu, menyatukan sifat-sifat telekomunikasi dan transportasi untuk memperoleh suatu sistem yang disebut teleportasi.

Teleportasi melibatkan dematerialisasi suatu objek, dan mengirimkannya dalam bentuk detail susunan atom-atom ke lokasi lain yang menjadi tujuan. Hal ini berarti waktu dan ruang dapat dieliminasi dari suatu perjalanan (travel), sehingga kita dapat dipindahkan ke lokasi mana saja secara instan, tanpa melintasi jarak secara fisik. Mungkin anda dapat melihat contoh teleportasi dalam film Star trek.

Pada tahun 1993, ide tentang teleportasi berpindah dari ranah fiksi ilmiah ke dalam dunia nyata. Ini terjadi ketika fisikawan Charles bennet dan tim peneliti dari IBM mengkonfirmasikan bahwa teleportasi kuantum adalah mungkin, tapi hanya jika objek asli yang dipindahkan di hancurkan. Pencerahan ini pertama di singgung oleh Bennet pada saat annual meeting American Physical Society (APS) pada maret 1993, diikuti dengan tulisannya tentang Physical review letters pada tanggal 29 Maret 1993. Sejak saat itu, eksperimen menggunakan photons telah membuktikan bahwa teleportasi kuantum adalah mungkin.

Pada tahun 1998, ahli fisika di California Institute of technology (Caltech), bersama dengan tim dari eropa, mengubah ide IBM menjadi kenyataan dengan sukses men-teleportasikan photon, partikel energi yang dalam cahaya. Grup Caltech berhasil membaca struktur atom dari photon, mengirimkan inforamsi ini melewati 3,28 kaki (kira-kira 1 meter) kabel koaksial dan menciptakan replikanya. Sesuai perkiraan, photon asli tidak lagi eksis setelah replica di buat.

Eksperimetn selanjutnya, tim Caltech berhasil mengatasi prinsip ketidakpastian Heisenberg, rintangan terbesar dalam teleportasin objek yang lebih besar dari photon. Prinsip ini mengatakan bahwa anda tidak dapat mengetahui lokasi dan kecepatan partikel secara bersama-sama. Tapi jika anda tidak dapat mengetahui pososo suatu partikel, lalu bagaimana anda men-teleprtasikannya? Untuk men-teleportasikan photon tanpa melanggar prinsip Heisenberg, ahli fisika Caltech menggunakan sebuah fenomena yang di sebut Entanglement.

Lalu bisakah teleportasi digunakan pada manusia seperti pada alat transporter dalam film fiksi Star Trek??

Berdasarkan hukum fisika, adalah tidak mungkin untuk membuat transporter yang dapat mengirim seseorang ke lokasi tertentu secara instant, dimana akan memerlukan perjalanan dalam kecepatan cahaya.

Untuk mentransportasikan satu orang, mesin harus dapat menentukan dan menganalisa secara tepat seluruh atom yang menyusun tubuh manusia yang berjumlah 1028 atom, lebih dari 1 triliun atom. Mesin in harus dapat mengirimkan informasi ini ke lokasi lain, dimana tubuh orang akan direkonstruksi, dengan sangat akurat. Molekul atom tidak boleh bergeser meskipun hanya satu milimeter, sebab jika tidak, objek akan tiba dengan kerusakan neurologi dan fisiologi yang hebat.

Prinsip kerja mesin transporter hampir mirip dengan mesin fax namun dengan presisi yang lebih besar, duplikat seseorang akan dibuat pada titik tujuan sedangkan objek asli akan menghilang. Satu teori mengatakan bahwa teleportasi akan menggabungkan genetik cloning secara digital.

Pada biodigital cloning semacam ini, traveler (orang yang di teleportasikan) akan hilang. Pikiran original dan tubuh mereka tidak lagi eksis. Bahkan struktur atom mereka akan di susun ulang di lokasi lain yang menjadi tujuan, dan digitalisasi akan membuat ulang memori, emosi, harapan, dan mimpi sang traveler. Sehingga secara prinsip sang traveler masih eksis, tapi dalam tubuh baru dengan struktur atom yang sama dengan tubuh asli, serta dengan memori, perasaan, dan informasi yang tetap sama dengan yang asli.

Tapi sama seperti semua teknologi, para ilmuan tentu saja masih harus terus mengembangkan ide tentang teleportasi. Suatu hari, salah satu dari keturunan kita akan dapat bekerja pada suatu kantor di planet lain di luar galaksi kita dengan jarak ratusan juta tahun cahaya dari bumi.

Tapi tentu saja ini masih jauh untuk diwujudkan. Lagi pula bagi kita yang percaya tentang adanya roh atau jiwa, hal ini sangat tidak mungkin. Jika betul prisip teleportasi seperti yang telah dijelaskan diatas, maka apakah roh/jiwa dapat ikut di teleportasikan? Secara fisik tubuh kita memang tersusun dari atom-atom, gen yang membawa sifat dan karakter juga terdiri dari atom-atom, sehingga secara teori dapat di teleportasikan. Namun roh atau jiwa??

Bagaimanapun memang masih perlu banyak study lebih jauh. Yang jelas, bila ini benar-benar terwujud, maka Jakarta pasti akan bebas macet.

Sumber:
1. http://www.research.ibm.com/quantuminfo/teleportation/
2. http://www.its.caltech.edu/~qoptics/teleport.html
3. http://home.xtra.co.nz/hosts/Wingmakers/Teleportation.html
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Teleportation

No comments: