Wednesday, October 28, 2009

Minyak Telon dan Minyak Kayu Putih

Pernah suatu ketika saya diminta istri untuk membeli minyak gosok khusus bayi. Sebagai seorang suami yang baik dan bertanggung jawab segeralah saya meluncur ke mini market terdekat. Dengan tangkas saya mengambil sebotol minyak kayu putih yang kualitasnya paling baik (setidaknya menurut saya). Yang botol kemasannya berwarna hijau.

Sampai rumah langsung saya serahkan permintaan istri terkasih sembari berlutut di depannya, layaknya seorang pangeran menyerahkan setangkai bunga mawar pada seorang putri. “As you wish..”, ucap saya.

Istri tidak menyahut. Tidak juga mengambil minyak gosok dari tangan saya. Saya yang menunduk segera mendongak. Istri diam tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Matanya menatap wajah saya yang sedikit bingung.

Ini sih bukan minyak bayi..!”, ujarnya sambil mengambil minyak dari genggaman saya. “Ini minyak kayu putih..!!”, tambahnya.

Lha.. memangnya beda..??”, tanya saya yang mungkin terlihat o’on saat itu.

“Ya beda donk mas, dari baunya kan jelas beda. Minyak bayi itu minyak telon. Beda sama minyak kayu putih.”, tambahnya.

“oo.. ya maaf. Sini, biar diganti dengan minyak telon”.

“Nggak usah. Udah gak papa pake ini juga”. Jawab istri. Dia memang lebih senang menggunakan minyak telon untuk bayi ketimbang minyak kayu putih. “Baunya lebih enak..”, katanya ketika ditanya kenapa lebih suka minyak telon.

Naah.. dari sinilah rasa penasaran saya muncul. Apa iya minyak bayi itu bukan minyak kayu putih. Bagi saya koq terlihat sama ya.

Yuk.. mari kita lihat lebih jauh perbedaan minyak telon bayi dengan minyak kayu putih. Yah.. siapa tau anda-anda para pria dan suami muda juga mendapat permintaan yang sama dari istri. Diminta untuk membeli minyak telon bayi. Kan peristiwa di atas tidak terulang pada anda. Haha..

Minyak telon. Pertama kali mendengar namanya saja saya merasa asing. Aneh. Koq ya ada orang yang memberi nama ‘telon’.

Pada umumnya nama minyak-kan berasal dari nama sumber asal-nya. Minyak kayu putih, jelas berasal dari kata ‘kayu putih’. Nama tanaman asal minyak tersebut.
Minyak cendana juga berasal dari nama tanaman penghasil minyak tersebut. Kayu Cendana.
Minyak sereh dari tanaman sereh.
Minyak cengkeh, minyak melati, dan lainnya.

Lha kalau minyak telon? Apa berasal dari tanaman telon..? Atau bunga ‘telon’..?

Ternyata kata ‘telon’ bukan nama sejenis tanaman, kayu,atau bunga. ‘Telon’ merupakan bahasa jawa untuk ‘tiga’. Ya.. ‘tiga’ yang itu!!.
Satu.. dua.. tiga.

Hal ini karena minyak telon terdiri dari tiga bahan utama. Minyak kayu putih, minyak adas, dan minyak kelapa. Karena campuran dari tiga bahan inilah maka diberi nama telon yang berarti tiga.

Aroma khas bayi pada minyak telon berasal dari aroma minyak adas. Minyak yang ditambahkan untuk mengatasi perut kembung. Semakin kuat aroma bayi, semakin banyak campuran minyak adas pada minyak telon. Sementara minyak kelapa ditambahkan sebagai pelembut. Minyak kayu putih mempunyai aroma yang kuat dan rasa yang panas. Karena kulit bayi masih sensitif maka ditambahkan minyak kelapa sebagai pelembut dan pelumas. Bila kandungan minyak kelapa terlalu banyak, minyak telon akan terasa lengket.

Yang perlu diperhatikan adalah expire date. Minyak kelapa mudah teroksidasi dengan udara. Dan seiring waktu minyak menjadi tengik dan mempengaruhi aroma minyak telon.

Naah.. ternyata memang benar minyak telon berbeda dengan minyak kayu putih.

"Oh istriku.. lain kali kalau diminta membeli minyak bayi, suamimu ini tak akanlah salah lagi. hehe.."

Semoga artikel ringan ini bisa membantu anda untuk membedakan minyak telon dan minyak lainnya.

Oh ya, tambahan informasi lagi. sekarang ini minyak telon sudah dicampur dengan minyak sereh. Hal ini membuat minyak telon selain sebagai minyak gosok untuk mengobati kembung dan pemberi rasa hangat, juga bermanfaat sebagai minyak pengusir nyamuk.


Read more...

Wednesday, October 21, 2009

UU Lalulintas No 22 tahun 2009; Belok Kiri Tidak Boleh Langsung

Pada perempatan jalan, para pengguna kendaraan dapat langsung belok kiri meskipun saat itu lampu lalulintas menunjukkan warna merah. Hal ini tentunya sudah diketahui secara umum.

Naahh... sekarang ini hal itu tidak diperbolehkan. Dalam undang-undang lalulintas baru no 22 tahun 2009, belok kiri tidak boleh langsung. Harus mengikuti lampu lalulintas. Bagi pelanggar akan ditilang dan dikenakan denda sebesar 250 ribu rupiah.

Undang-undang baru ini memang dibuat untuk menggantikan undang undang lalulintas sebelumnya, pada undang undang yang lama (UU no 14 tahun 1992), kendaraan yang akan belok kiri pada persimpangan jalan diperbolehkan untuk terus jalan. Undang-undang yang baru hal tersebut dianggap melanggar dan ditilang.

Selain itu besarnya denda bagi pelanggaran lalulintas juga mengalami kenaikan. Secara rata-rata denda tilang pada undang-undang baru naik 4 kali lipat dari undang-undang yang lama.

Peraturan ini memang belum disosialisasikan. Namun perubahan ini sudah final dan pasti. Dalam waktu dekat akan diterapkan di lapangan. Oleh karena itu mulai saat ini harap diingat baik-baik bahwa belok kiri tidak boleh langsung. Jangan sampai anda di ‘peras’ oleh para oknum polisi karena kekurang hati-hatian..

Read more...

Tuesday, October 20, 2009

Prinsip Dasar Spektrofotometer Visible

Dalam dunia analisis kimia dikenal suatu alat yang bernama Spektrofotometer visible. Alat ini berdasar hukum Lambert-beer.

“Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit (c), dan koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu panjang gelombang

Kalimat di atas terlihat sulit untuk dipahami. Dan memang sulit. Biasanya orang tidak mudah untuk mencermati dan memahami tiap kalimat pada hukum Lambert-beer (LB). Belum lagi istilah-istilah yang asing dan tidak biasa bagi kebanyakan orang. Plus persamaan-persamaan yang rumit dan njelimet.

Pada artikel kali ini saya akan menjelaskan sesederhana mungkin. Keluar dari belenggu teoritis dan matematis. Saya menitikberatkan pada prinsip aplikasi alat spektrofotometer ketimbang dasar teori yang melandasi. Istilah asing seperti ‘koefisien absorptivitas molar’, formula hubungan ketebalan media dengan intensitas sinar, tidak akan saya jelaskan detail. Saya mencoba menjelaskan secara sederhana prinsip dasar dari alat spektrofotometer visible (spektro-vis).

Logika prinsip dari alat spektro-vis adalah intensitas warna dari suatu larutan sebanding dengan jumlah cahaya yang serap. Semakin pekat warna, semakin banyak cahaya yang di serap.

Sekarang anda bayangkan sebuah gelas. Gelas tersebut di isi dengan air mineral yang jernih. Kemudian anda lewatkan seberkas sinar melalui gelas tersebut, misalnya dengan lampu senter. Cahaya sinar lampu senter akan lewat dengan mudah bukan..? menembus melalui gelas.

Sekarang coba anda ganti isi air mineral dengan air sirup yang berwarna, katakanlah coklat (sirup rasa coklat). Sekarang coba anda lewatkan cahaya lampu senter melalui gelas tersebut. Apa yang terjadi..? Sinar sulit melewati air sirup berwarna. Memang ada yang lewat, tapi tidak semuanya. Sebagian sinar ada yang di serap oleh warna coklat sirup.

Semakin pekat warna pada sirup, sinar lampu senter akan semakin sedikit yang menembus gelas. Dengan kata lain semakin banyak cahaya yang diserap. Jumlah cahaya yang di serap berbanding lurus dengan intensitas warna. Hal inilah yang mendasari pengukuran spektro-vis.

Pengukuran kuantitatif

Apabila anda mempunyai larutan dengan deret warna yang semakin pekat. Kemudian anda mengukur absorbasinya (jumlah cahaya yang diserap). Maka akan didapatkan suatu kurva linier. Jumlah cahaya yang diserap semakin banyak seiring dengan intensitas warna yang semakin pekat. Deret warna ini dalam dunia analisis kimia di sebut sebagai deret standar. Dan jika suatu larutan telah diketahui absorbansinya, maka konsentrasinya-pun dapat diketahui dengan membandingkan terhadap deret standar. Inilah prinsip dasar pengukuran konsentrasi menggunakan spektro-vis.


Limitasi dalam Spketro-Vis

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah. Pada konsentrasi yang terlalu pekat, kurva deret standar menjadi tidak linier. Biasanya konsentrasi di atas 0.1 M. Hal ini karena pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat menjadi sangat rapat. Hal ini akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara molekul melakukan serapan. Oleh karena itu terkadang pada konsentrasi terlalu tinggi kurva tidak linier. Itulah sebabnya pada pembuatan deret standar, absorbansi dianjurkan tidak melebih 1. Jadi absorbansi deret standar ada di dalam range 0-1.


Perbedaan kuvet sangat berpengaruh. Harap selalu gunakan satu kuvet yang sama untuk mengukur absorbansi. Apabila anda terlibat dengan sample yang jumlahnya banyak, dan anda menggunakan kuvet disposable, gunakan kuvet maksimal tiga kali pemakaian. Setelah itu pakai kuvet baru.

Terkadang senyawa analat mengalami reaksi kimia yang lambat dan memerlukan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Hal ini menyebabkan penyimpangan yang signifikan bila pembacaan absorbansi tidak dilakukan bersamaan.

Lakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimal. Jangan sungkan untuk mencari terlebih dulu pada panjang gelombang berapa sample memberikan absorbansi maksimal. Hal ini untuk meningkatkan sensitifitas analisa.

Read more...

Uji Benedict, Uji Gula Pereduksi (Kualitatif)

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.

Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.


Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.

Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.

Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi).

Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.

Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.

Read more...

Uji Kualitatif Karbohidrat

Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat.

Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan. Karbohidrat berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon yang mengikat hidrat (air).

Meskipun beberapa saat kemudian diketahui bahwa hidrogen dan oksigen berikatan bukan sebagai air, namun kata karbohidrat sudah terlanjur meluas dan tetap digunakan sampai sekarang.

Terdapat beberapa cara uji kimia untuk mengenali dan mengetahui adanya kandungan karbohidrat pada makanan (sample).


1. Uji Molisch

Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif.

Cara kerja: sebanyak 5 ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi molish (5% a-naphtol dalam 95% etanol), dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.

2. Uji Benedict

Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas), seperti yang terdapat pada glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.

Cara kerja: sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama 5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.

3. Uji Seliwanof

Uji seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.

Cara kerja: 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna yang terjadi.

4. Uji Iod

Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah. Oleh karena itu uji iod ini juga dapat membedakan amilum dan glikogen.

Cara kerja:
pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan dengan satu tetes iodium encer, dan dicampur merata.

Read more...