Tuesday, October 9, 2007

Penduduk Indonesia Stress

Ternyata hari ini, 10 Oktober, adalah hari Kesehatan Jiwa sedunia. Ini baru saya sadari ketika mendengar satu perbincangan di radio tentang kesehatan jiwa rakyat Indonesia. Berbicara tentang kesehatan jiwa, tidak lepas dari bicara tentang penyakit-penyakit jiwa.

Pada koran Tempo, edisi Rabu 10 Oktober 2007, terdapat berita yang mengatakan organisasi kesehatan dunia (WHO) baru-baru ini merilis data yang mengejutkan. Ada 24 dari setiap 100 ribu penduduk Indonesia yang bunuh diri setiap tahun. Angka itu amat tinggi, jauh di atas rerata angka bunuh diri dunia, yakni 15.1 per 100 ribu penduduk. Itu berarti dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia sekarang, tiap tahun ada 50 ribu orang yang mengakhiri hidup mereka sendiri. Jadi setiap hari rata-rata 136 orang bunuh diri. Wow..angka yang sangat fantastis.

Meski salah seorang budayawan, Emha ainun najib, mengatakan bahwa penduduk Indonesia mempunyai toleransi yang lebih dari pada normal untuk mengakomodir tekanan-tekanan penyebab stress. Namun rupanya penduduk sudah tidak mampu lagi menahan segala permasalahan yang terus saja meningkat. Hal ini karena negeri ini memiliki segala persyaratan untuk menenggelamkan penduduknya dalam gangguan jiwa. Bahkan Jakarta telah menjadi tempat pusat bagi segala penyebab terjadinya stress.

Banyaknya penganggur, angka kemiskinan meroket, pendidikan amburadul, para pemimpin sibuk menggemukkan kantong pribadi, dan hukum malu-malu ditegakkan. Seluruh kombinasi keadaan itu dengan mudah menciptakan situasi depresif.

Yang membuat kita prihatin saat ini anggaran untuk kesehatan jiwa hanya sedsuil, yakni 1 persen dari total anggaran pemerintah pusat yang Rp 3 triliun.

Dengan makin seriusnya persoalan kesehatan jiwa, kini saatnya pemerintah pusat ataupun daerah bergerak. Segera benahi kekeliruan dalam penanganan kesehatan nasional. Jangan biarkan Indonesia di penuhi oleh orang-orang stress.

sumber: tempo, 10 Oktober 2007; radio KBr 89.2 FM

1 comment:

drmandangmichael@gmail.com said...

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”

Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.”
Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.
Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.
TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.
Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;
dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.
Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.