Wednesday, July 28, 2010

Kota Kuntilanak..

Saat ini saya sedang tugas di kota khatulistiwa Pontianak. Begitu menginjakkan kaki di ibukota Kalimantan Barat ini, hal pertama yang terlintas di benak saya adalah pertanyaan kenapa kota ini dinamakan Pontianak. Ya.. hal inilah yang sering menjadi pertanyaan saya bila sedang melakukan perjalanan ke luar kota. Sejarah asal usul nama kota yang saya singgahi.

Karena penasaran yang sangat, maka saya mencari informasi dengan menulis di wall facebook.

‘@Pontianak.. bertanya tanya kenapa kota ini dinamakan PontiAnak, apakah ada PontiIbu or PontiBapak..?’, demikianlah kira-kira status yang saya tulis di wall buku muka.

Tak berapa lama kemudian sudah ada dua comment dari kawan (cepat sekali responnya, ternyata banyak sobat yang senang ber-fesbuk ria juga..). 

Jawaban dari sobat saya tadi sungguh mengejutkan. Mereka mengatakan kalau Pontianak berasal dari kata Kuntilanak. Ya.. Kuntilanak yang itu. Kuntilanak sang hantu yang biasa diperankan oleh tante Susanna.

Awalnya tentu saja tak percaya diri ini. Ah.. Bisa saja mereka. Canda. Pikir saya.

Namun ternyata dari hasil googling, semua artikel yang saya dapatkan mengamini jawaban kedua sobat saya tadi. Pontianak berasal dari kata Kuntilanak. Bahkan wiki-pun mengatakan kalau Pontianak adalah bahasa melayu untuk Kuntilanak. What..? kaget juga saya.

Lantas bagaimana bisa kota Khatulistiwa ini di beri nama hantu..?

Konon.. ada seorang pangeran bernama Syarif Abdurrahman beserta rombongan yang menjelajah menyusuri sungai menggunakan 14 perahu. Waktu dhuhur rombongan mereka sampai di sebuah tanjung yang sekarang dikenal dengan nama Tanjung Djohor.

Karena merasa tempat tersebut kurang baik dijadikan tempat tinggal, rombongan Syarif Abdurahman lalu melanjutkan perjalanan menuju hulu sungai Kapuas. Rombongan kemudian menemukan sebuah pulau yang sekarang dikenal dengan nama Batu Layang. 

Dipulau inilah pangeran beserta rombongan mendapat gangguan dari hantu kuntilanak yang dalam bahasa melayu disebut hantu Pontianak. Disini pangeran Syarif dan rombongan sempat memerangi dan mengusir para hantu Pontianak.

Rombongan kemudian kembali menyusuri sungai Kapuas hingga tiba dipersimpangan antara sungai Kapuas dan sungai Landak.

Setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama Pontianak. Mungkin untuk mengenang pertemuannya dengan hatu Pontianak. Di tempat itu kini berdiri Mesjid Jami dan Keraton Kadariah.

Akhirnya pada tanggal 8 bulan Sya’ban 1192 Hijriah,bertepatan dengan hari isnen dengan dihadiri oleh Raja Muda Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.

Dibawah kepemimpinannya kerajaan Pontianak berkembang sebagai kota pelabuhan dan perdagangan yang cukup disegani.



Nah.. ternyata benar Pontianak berarti Kuntilanak. Benar-benar unik.


Asik juga menyusuri sejarah asal usul nama sebuah kota atau daerah. Karena dibalik nama tersebut tersimpan nilai cerita dan sejarah yang luar biasa.

Source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2127398

Read more...

Tuesday, July 20, 2010

Mualaf.. Shalat Jum'at.. Pemilukada Gila..


Ada satu cerita menarik tentang seorang yang menjadi mualaf karena shalat jumat.

Alkisah, seorang expatriate yang sudah lama tinggal di Indonesia mempunyai satu masalah yang teramat mengganggu. Insomnia. Penyakit ini telah menghantuinya selama 5 tahun terakhir. Kurang tidur menyebabkan tubuhnya kurus, gelisah, sulit konsentrasi, dan emosi mudah meledak.

Karena alasan terakhir inilah ia harus berpisah dengan istri tercinta.
Sudah berbagai metode pengobatan dicoba. Pengobatan modern, pijat refleksi, obat china, yoga, pijat plus plus.. semuanya nihil. Hanya obat tidur jualah andalan pamungkasnya. Itupun makin lama makin bertambah dosisnya.

Satu ketika saat makan siang dengan beberapa kolega yang pribumi muslim, ia mendengar obrolan mereka tentang shalat jumat.

Besoknya ia memutuskan menjadi mualaf. Ya.. langsung besoknya. Tentu saja ini mengejutkan semua teman kantor. Sejak saat itu ia berubah tenang, lebih segar, emosi lebih terkontrol. Luar biasa. Dan satu lagi perubahan lain. Ia sangat kecanduan shalat jumat. Sangat.

Hari Rabu ia sudah gelisah tak sabar menanti jumat datang. Hari Kamis ia sudah mengenakan sorban dan kupiah. Jumat tiba, jam 9 pagi ia sudah berwudhu, jam 10 pergi ke mesjid yang berjarak 300 meter dari kantor. Teman-teman bingung dan kagum. Hebat sekali semangatnya melakukan ibadah jumat.

Hal ini terus berlangsung. Dan obsesinya terhadap shalat jumat masih terus konsisten. Karena rasa penasarannya yang tak tertahankan, akhirnya teman sesama ekspatriat bertanya.

‘My brother, honestly.. I really couldn’t understand how you decided to become a Muslim. And you.. You are extremely changes. You more.. fresh’

‘Hmm.. Actually.. ini karena saya tak sengaja mendengar cerita tentang shalat jumat’. Jawab si ekspatriat mualaf.
‘shalat jumat..?’
‘Ya.. mereka bilang khutbah jumat bisa membuat tidur. Dan setelah saya coba, its work..!! luar biasa.. baru pertama kali dalam 5 tahun terakhir saya bisa merasakan saat-saat dimana saya bisa tidur dengan nikmat dan lelap. Amazing..’.


*****




Haha.. cerita di atas tentunya hanyalah fiktif dan guyon belaka. Namun ini memang menggambarkan realita yang ada. Terlepas dari tidur saat khutbah jumat adalah tidak baik, namun itu adalah hal yang secara factual memang terjadi. Dan saya alami sendiri. Mungkin anda semua merasa hal yang sama.

Dan yang hebatnya. Kantuk secara kilat akan datang, bahkan baru 2 menit pertama khutbah dimulai. Saking hebatnya kantuk menyerang, kita sanggup tertidur dengan posisi duduk bersila. Suara khatib lantang memekakkan telinga, justru menjadi dendangan nina bobo yang mujarab. Dan kita baru tersentak bangun ketika khatib membacakan doa terakhir penutup khutbah. Dibangunkan oleh gema ‘amiin..’ para jamaah.

Ya, itu yang saya rasa. Tentunya tidak setiap jumat saya tertidur. Usaha susah payah menahan kantuk berhasil menjaga mata ini agar tetap terbuka.

Tapi jumat kemarin terasa beda. Kantuk tak sempat datang. Khatib mengajak jamaah ikut berpikir dan merenung. Khatib menghadirkan satu tema yang menarik. Tentang Negara. Tentang bangsa yang semakin tak karuan. Tentang fenomena Pemilukada yang gila.

Nah.. sekarang ganti saya yang ingin mengajak anda merenung. Sebentar saja, so jangan khawatir membuat pusing lan mumet.

Mari kita berpikir. Para calon bupati, walikota, yang ikut dalam Pemilukada, sudah menjadi rahasia umum kalau mereka harus mengeluarkan kocek hingga miliaran rupiah. Untuk kampanye, Tim Sukses, untuk partai pengusung, sogok sana sogok sini, serangan fajar, dan tetek bengek lainnya.

Modal yang diperlukan berbeda tergantung daerah masing-masing. Daerah yang surplus dan penghasilan daerahnya besar, akan membutuhkan modal kampanye yang juga besar. Begitu juga sebaliknya.

Sebagai contoh saja. Modal kampanye untuk menjadi gubernur pada salah satu pemilukada adalah 11 miliar. Wow.. 11 miliar. Tak heran kalau banyak calon pemimpin daerah yang gagal hilang akal dan harus mondok di pesantren kejiwaan alias RSJ.

11 miliar, ck..ck..

Sekarang coba kalkulasi yuk. Gaji gubernur terkait contoh di atas adalah 8,95 juta/bulan. Ya.. mungkin ada tunjangan ini itu sehingga total 15 juta/bulan. Anggap saja begitu. Dalam setahun ada 12 bulan. Plus 1 bulan dari gaji ke-13. Sehingga total pendapatan setahun 15 x 13 = 195 juta. Masa jabatan gubernur adalah 5 tahun, sehingga total pendapatan selama masa jabatan adalah 975 juta.

Coba lihat. 975 juta. Bahkan 1 miliarpun tidak ada. Sangat jauh dibandingkan dengan modal kampanye yang dikeluarkan sampai 11 miliar. Dan ingat, pendapatan tadi belum dikurangi biaya hidup. Sehingga dengan kalkulasi sederhana ini saja sudah bisa dilihat bahwa pekerjaan menjadi gubernur adalah pekerjaan yang rugi dan tidak menguntungkan. Tapi kenyataannya, banyak yang berebut ingin menjadi gubernur. Dan anehnya, banyak para gubernur tadi yang bertambah kaya raya setelah menjabat.

Padahal secara hitung-hitungan harusnya merugi. Hebat bukan..!

Tentu saja kita sudah mahfum bahwa ‘pendapatan’ mereka bukanlah dari gaji bulanan sebagai pejabat. Namun penghasilan lain di balik jabatan itu. Uang proyek, sogokan pelicin para pengusaha, hasil korupsi, dan lain-lain.

Jika betul demikian, maka betul-betul gila dan gila betul. Itu berarti mereka para calon pemimpin daerah memang sudah berniat untuk melakukan korupsi. Sekali lagi, memang sudah berniat. Pantas saja negeri ini tak bisa maju.

Gila..

Dan jumat kali itu, saya tidak bisa tidur.. Gila..


Read more...