Friday, July 11, 2008

Pamrih.. fitrah manusia

Tau tidak.. begini-begini saya dulu pernah ikut bergabung dengan salah satu organisasi kegiatan kemanusiaan. Terus terang motivasi saya adalah murni karena ingin membantu sesama manusia. Menolong orang yang menderita yang sedang membutuhkan pertolongan. Dulu itu saya masih polos, baik hati, dan tidak sombong. Betul-betul seperti malaikat yang turun ke bumi yang penuh dengan ketidakpedulian ini. Ha.ha.. bisa narsis juga saya ya.

Suatu ketika, kami mengadakan sebuah kegiatan amal. Sebut saja bakti sosial. Kami mengadakan acara sunatan massal sekaligus penghimpunan dana bagi anak-anak yatim piatu di salah satu panti sosial lokal di kota saya. Acara yang kami adakan terbilang cukup besar, karena diliput oleh salah satu stasiun radio. Yah lumayanlah meski baru sebatas radio lokal.

Semua panitia termasuk saya diberi seragam kaos dan kartu pengenal bertali yang dikalungkan di leher. Wah pokoknya saya merasa hebat dan bangga sekali waktu itu. Orang-orang memuji dan bilang betapa baiknya kami. Para ibu pengelola panti sosial sangat gembira dan berterima kasih pada kami. Kami dielu-elukan oleh para anak yatim piatu bak seorang pahlawan. Pokoknya kami betul-betul dibanjiri pujian saat itu.

Saya senang dengan semua pujian dan sanjungan tersebut. Semakin banyak pujian yang saya terima, semakin senang dan perasaan bangga-pun makin meninggi. Tidak hanya itu, semua pujian itu mendorong saya untuk melakukan lebih banyak lagi perbuatan baik, membantu orang yang sedang kesulitan. Kegiatan-kegiatan sosial lainnya semakin kerap kami lakukan. Anak-anak jalanan, beasiswa anak kurang mampu, hingga pencandu narkoba dan penderita AIDS. Dan sanjunganpun semakin banyak mengalir pada organisasi kami, termasuk pada saya saat itu. Organisasi kami semakin besar dan banyak dikenal. Sumbangan dan dana bantuan membanjir dengan mudahnya.

Hingga pada suatu ketika, saya seolah tersadar bahwa tujuan saya semula bergabung dengan organisasi ini telah bergeser. Motivasi saya sekarang adalah pujian dan sanjungan. Bukan betul-betul membantu, tapi hanya agar saya lebih banyak mendapat puji dan terlihat sabagai orang baik. Karena dengan pujian saya merasa hebat, saya merasa labih baik dari siapapun, lebih tinggi dari orang lain dan dari mereka yang saya bantu.

Saya sadar perasaan itu salah. Saya berusaha melepaskan diri. Namun tetap saja niat awal saya yang murni dan agung sekarang telah ternoda dan terkontaminsai oleh haus pujian dan sanjungan. Sayapun merasa percuma dengan apa yang telah saya lakukan. Bantuan yang saya berikan tidak tulus. Bukan karena ingin membantu orang lain. Namun karena itu menguntungkan untuk saya. Semua yang saya lakukan semata-mata berpamrih.

Saya merasa bersalah dengan ‘memanfaatkan’ dan ‘mengeksploitir’ kesusahan dan pederitaan mereka. Walau sekeras apapun saya mencoba untuk menghilangkan rasa itu, namun saya tidak mampu. Mungkin memang benar penyakit hati yang paling sulit diberantas dan diobati adalah penyakit ria. Parasaan ingin dipuji. Perasaan ingin dilihat baik oleh orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dan keluar dari organisasi.

Tapi apakah saya sekarang telah berubah??

Jawabnya tidak..!!

Sampai sekarang pun saya masih kerap dihinggapi penyakit ria. Mungkin karena ria adalah nama panjang saya, Riyadi. Ha..ha..

Tapi jujur.. sampai saat ini, saya masih kerap dihantui perasaan itu. Berbuat dan bertingkah laku baik dan sopan dalam kehidupan, hanya agar saya dikenal sebagai orang baik. Bukan karena saya pada dasarnya baik. Tapi lebih karena saya ingin orang melihat saya sebagai orang yang baik.

Pernah pada hari minggu diadakan kerja bakti membersihkan saluran air pinggir jalan. Sebetulnya saat itu saya betul-betul malas dan ingin menikmati waktu istirahat setelah hari kerja yang melelahkan. Namun lagi-lagi karena saya tidak ingin dipandang tidak peduli dan tidak mau bersosialisasi, akhirnya saya ‘terpaksa’ datang meski dengan hati menggerutu. Jadi saya datang bukan karena ingin membantu, tapi lebih karena saya ingin dinilai baik oleh para tetangga.

Tetangga saya yang datang ke acara pernikahan teman sekantornya mengeluh bahwa sebetulnya dia ada perkerjaan lain saat itu. Setelah saya tanya kenapa dia tetap datang. Dia menjawab, “Kalau tidak datang tidak enak. Nanti dikira tidak punya jiwa sosial”. Yah.. lagi-lagi karena alassan ingin dilihat baik.

Saya jadi berpikir. Apakah semua orang juga merasa hal yang sama. Maksud saya, mereka berbuat dan bertingkah laku baik hanya karena ingin dikenal sebagai pribadi yang baik. Apakah seorang manusia dalam berbuat dan bertingkah laku dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan orang lain terhadap dirinya? Jika betul. Maka semua keabikan yang ada dimuka bumi ini adalah kebaikan yang semu. Kebaikan pura-pura. Karena semua orang melakukan kebaikan hanya karena pamrih. Pamrih ingin dikenal sebagai orang yang baik.

Lantas bagaimana dengan kejahatan? Apakah ada kejahatan semu dan pura-pura? Apakah orang melakukan kejahatan agar dikenal sebagai orang jahat?

Wah jadi tambah bingung saya.

Ya sudahlah..

Cukuplah kebingungan saya sampai disini. Saya harus kembali bekerja. Karena ini saya buat saat jam kerja di kantor. Tidak enak saya dengan teman-teman kalau waktu kerja dihabiskan untuk hal seperti ini. Apa kata teman dan bos saya? Nanti mereka berpikir saya orang yang tidak baik.

No comments: