Mudik dengan sepeda motor.. (Journal mudik 3)
Hari ini tanggal 11 Oktober, sementara orang lain sudah berjuang dalam perjalanan menuju kampung halaman, saya masih saja berkutat dengan pekerjaan kantor. Di kantor tempat saya bekerja libur memang terhitung hanya dari tanggal 12 sampai 16 oktober. Padahal pemerintah sudah menetapkan bahwa cuti bersama tahun ini dari tanggal 12 sampai 19 Oktober. Tapi gak masalah, walau sampai tanggal 16 oktober, saya mengambil jatah sisa cuti yang tinggal dua hari-nya itu, dengan konsekuensi tahun ini jatah cuti saya habis. Itu semua demi berlangsungnya tradisi mudik.
Mudik bukan hanya proses pulang kampung belaka. Tapi lebih dari itu, bertepatan dengan momen lebaran, mudik menggambarkan perjuangan demi rasa sayang untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga. Secara tidak langsung, dengan mudik kita menunjukkan pengorbanan kita untuk orang tua dan keluarga, menempuh ratusan kilometer dengan jalan yang tidak bisa di bilang nyaman, melewati macet sehingga perjalanan bisa memanjang hingga 24 jam lebih, itu semua adalah gambaran dari rasa sayang dan bakti terhadap orang tua dan keluarga.
Tinggal satu hari lagi sebelum petualangan perdana saya mudik dengan sepeda motor, yakni pada tanggal 12 oktober besok. Semalam berita seputar mudik tentang banyaknya pemudik sepeda motor yang membludak memenuhi media masa nasional. Mereka rela menempuh ratusan kilometer hanya dengan menggunakan sepeda motor (termasuk saya), sungguh dramatis.
Ada sepasang suami istri berikut dua orang anak mereka yang masih balita dengan setumpuk barang bawaan terpaksa mudik dengan sepeda motor sejauh 600 km lebih. Bisa dibayangkan bahaya yang mengintai mereka sepanjang perjalanan. Tahun ini menurut data Departemen Perhubungan, ada sekitar 2,4 juta sepeda motor yang menantang bahaya seperti itu.
Lantas kenapa semua kesulitan itu rela mereka lakukan??
Hal ini karena ketidakseriusan pemerintah menyiapkan infrastruktur mudik. Pemerintah gagal menyediakan alat transportasi massal yang nyaman dan murah yang terjangkau masyarakat menengah ke bawah. Selain itu pemerintah hanya terfokus pada urusan memoles jalur pantura, sedangkan jalur tengah, yang selama ini dijadikan jalur alternatif hanya di tambal di sana-sini. Padahal lebaran adalah momen yang tetap yangbisa diperkirakan. Mestinya jauh-jauh hari pemerintah bisa menyiapkan infrastruktur untuk mudik jauh lebih baik. Tidak seperti sekarang, perbaikan jalan selalu di kebut menjelang lebaran, dan sebagian belum rampung saat arus mudik memuncak. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor.
No comments:
Post a Comment