Thursday, July 30, 2009

'Life will find a way..'


Banyak anak banyak rejeki. Demikianlah pameo yang dipercaya masyarakat jawa. Dahulu tingkat kematian bayi saat proses melahirkan masih tinggi. Bayi yang bertahan hidup-pun masih belum sepenuhnya aman dari kematian masa kanak-kanak karena kesehatan yang belum semaju seperti sekarang. Oleh karena itu para orang tua waktu itu berlomba-lomba membuat banyak anak sebagai serep dan usaha ‘menaklukkan alam’. Jikalau satu harus meninggal, toh masih ada yang lain. Masih ada cadangan. Malah tak jarang dari sepuluh anak, yang mampu bertahan hidup hingga dewasa kurang dari setengahnya.

Sekarang pemahaman diatas sudah berubah. Banyak anak tak lagi banyak rejeki, justru sebaliknya, banyak pengeluaran. Banyak kesulitan. Pemerintah bersama masyarakat secara sadar sudah membatasi jumlah anak guna meningkatkan taraf hidup dan yang terpenting guna mengontrol laju populasi. Salah satu masalah utama manusia adalah laju populasi yang terus membengkak sementara bahan makanan semakin terbatas. Dikhawatirkan suatu saat nanti bahan makanan di bumi ini sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan manusia.

Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri kesadaran perlunya upaya mengontrol laju populasi sudah lama berkembang. Sejak tahun 1979, Pemerintah China memberlakukan kebijakan satu anak dalam keluarga di perkotaan. Untuk keluarga di pedesaan dan suku-suku minoritas, mereka diperbolehkan memiliki anak lebih dari satu. Keluarga yang mengabaikan kebijakan satu anak harus membayar denda tinggi, bahkan terkadang mengalami diskriminasi di tempat kerja.

Namun ternyata semua usaha tersebut tidak begitu berhasil. Seperti semua usaha rekayasa terhadap kehidupan, alam pasti tidak akan tinggal diam dan bereaksi guna mencapai keseimbangan. Seperti perkataan Dr Malcolm dalam Jurassic Park, ‘Life will find a way..’


Setelah berjalan, kebijakan itu menimbulkan masalah baru. Proporsi penduduk usia tua dengan usia produktif tidak seimbang. Hal itu juga menimbulkan ketidakseimbangan jender karena secara tradisi anak lelaki lebih disukai sehingga janin anak perempuan kadang dikorbankan. Karena hanya diberi jatah memiliki satu orang anak, maka para orang tua sangat memilih membesarkan anak terbaik. Akibatnya janin perempuan tidak mendapat tempat. Mereka disia-siakan. Tingkat aborsi pun meningkat. Para orang tua lebih memilih menunggu mendapatkan janin laki-laki.

Masalah lain, anak tunggal dalam keluarga cenderung egois dan manja. Banyak anak dijuluki ”Kaisar Kecil”. Selain itu, pendidikan anak dalam keluargapun tidak sehat. Tumbuh jadi anak tunggal juga tak selalu mudah. Banyak orangtua yang menginginkan anak mereka hebat dalam segala hal. Maka, anak satu-satunya harapan keluarga itu harus mengikuti seabrek kegiatan dan tekanan. Orangtua cenderung berharap terlalu tinggi kepada anak semata wayangnya.

Belakangan ini, kebijakan satu anak itu tampaknya akan dikendurkan. Pemerintah malahan mendorong pasangan orangtua agar memiliki anak kedua. Hal itu sebenarnya sejalan dengan harapan para perempuan di China yang menginginkan anak lebih dari satu. China Daily menyatakan, 70,7 persen perempuan China menginginkan anak lebih dari satu, 83 persen menginginkan seorang anak perempuan dan seorang anak lelaki.

Pemerintah Kota Shanghai sangat mendukung kebijakan dua anak. Kota itu memiliki penduduk paling padat di dataran China, 20 juta jiwa. Sebanyak 3 juta di antaranya berusia 60 tahun, sekitar 22 persen dari populasi. Tahun 2020, pangsa itu akan naik jadi 34 persen.

Kebijakan satu anak ini sudah menuai banyak kontroversi baik di dalam maupun di luar negeri karena penegakannya menggunakan kekerasan, seperti aborsi dan kekerasan lain.
Walaupun ada pelonggaran aturan, China tetap bertekad mencapai target menjaga jumlah penduduknya sebanyak 1,36 miliar tahun depan.

Artikel terkait: Kompas, Sabtu 25 juli 2009

Read more...

Friday, July 17, 2009

Demokrasi Spesial Edition


Seorang teman tergopoh-gopoh berangkat ke terminal Kp rambutan mengejar bis damri menuju bandara. Dia harus tiba di bandara sebelum jam 6 pagi guna mengejar pesawat yang akan berangkat jam 06.15.

Sampai di terminal bis bandara masih ngetem menunggu jam keberangkatan. Teman saya segera masuk ke dalam bis. Hampir semua kursi terisi penuh. Suasana begitu dingin dan sepi. Kurang tidur karena harus mengejar bis pagi-pagi sekali, banyak penumpang yang memilih diam dan tidur sejenak sampai bis tiba di bandara.

Sesaat kemudian dua orang laki-laki masuk ke dalam bis. Mereka berjalan menuju kursi belakang sambil mengobrol dengan suara cukup keras. Hal ini mengagetkan beberapa penumpang yang sedang terlelap. Suasana yang semula tenang kini gaduh penuh suara kedua lelaki tadi. Saking serunya topik pembicaraan, mereka tidak menyadari kalau suaranya telah mengganggu penumpang lain.

Bis-pun mulai bergerak maju.

Dua orang lelaki di belakang masih terus berbicara. Bahkan suara mereka semakin keras berusaha mengatasi deruman mesin bis yang sedang melaju.
Beberapa penumpang menengok ke belakang dan menatap kedua lelaki tadi untuk mengekspresikan rasa terganggu mereka. Namun keduanya, entah karena tidak mengerti atau memang tidak peduli, terus saja berbicara dengan suara keras.

Yang menarik, tidak ada satupun penumpang yang berdiri dan memperingatkan kedua lelaki itu untuk diam. Tidak ada. Para penumpang hanya memandang satu sama lain, menggelengkan kepala, dan menengok ke belakang untuk menunjukkan bahwa mereka terganggu. Tapi tak ada satupun yang berdiri untuk menyampaikan ketidaknyamanan mereka.

Mungkin karena para penumpang hanya ingin dibiarkan sendiri. ‘Saya tidak menggangu anda, anda tidak mengganggu saya, kita sampai di bandara, habis cerita..! Kita tidak ingin masalah. Hidup sudah sulit, kenapa harus ditambah sulit dengan masalah baru’.

Apabila kita anggap bis sebuah demokrasi, para penumpang dapat mencari seorang kandidat, seseorang yang mereka pikir dapat merepresentasikan dan mewakili mereka mengatasi situasi tersebut. Yang atas nama mereka, dengan berani berdiri dan menjelaskan pada dua lelaki di belakang bahwa suara mereka telah mengganggu penumpang lain.

Kedua lelaki tersebut akan mengerti, dan paham.. bahwa meskipun teguran itu datang dari satu orang, namun itu mencerminkan keinginan semua penumpang. Kemudian mereka akan mengecilkan suaranya, dan semua penumpang dapat kembali melanjutkan istirahatnya. Dan semua senang.. Hidup demokrasi..!!

Namun sebagaimana demokrasi di Indonesia, demokrasi di bis tadi bisa saja membawa beberapa kemungkinan lain.

Kemungkinan pertama:
Para penumpang akan memilih satu orang wakilnya untuk diberi wewenang atas nama mereka, lalu sang wakil akan pergi ke belakang untuk memberitahu kedua lelaki agar diam. Tapi bukannya memberi peringatan, sang wakil malah ikut bergabung mengobrol dengan kedua lelaki tadi. Suasana menjadi makin berisik. Sekarang para penumpang terjebak dalam situasi yang lebih parah. Tiga orang bersuara keras..!!

Atau kemungkinan lainnya:
Para penumpang memilih wakil mereka, namun tidak ada satupun yang bersedia dan mau mengambil resiko. Tidak ada kandidat..!
Pada akhirnya, satu-satunya orang yang mau untuk dipilih hanyalah kedua lelaki bersuara keras di belakang..!

Read more...

Thursday, July 16, 2009

Macam Spektrofotometri dan Perbedaannya (Vis, UV, dan IR)

Pada artikel tempo hari telah dibahas tentang perbedaan antara spektrometri dan spektrofotometri, serta beberapa istilah yang sering digunakan dalam dunia spektrometri.

Kali ini akan dibahas mengenai jenis spektrofotometri dan perbedaannya. Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Spektrofotometri Vis (Visible)
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
3. Spektrofotometri UV-Vis
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)



1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.

Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.

Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin.

Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.


2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.

Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.

Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.

Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa.

Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.

Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.


3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.


4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm.

Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.



Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh.

Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan cepat.

Read more...

Tuesday, July 14, 2009

Rahasia Kembang api..

Minggu kemarin keponakan saya rewel minta kembang api. Awalnya dia hanya berdiri diam di depan si penjual. Matanya tek berkedip memperhatikan deretan berbagai kembang api yang dipajang. Sementara kedua tangannya memegang Hp mainan yang sepertinya sekarang sudah tidak menarik lagi.


Celakanya si penjual paham situasi. Dia mendekat sambil menyodorkan satu pak kembang api besar yang langsung diterima oleh ponakan saya yang baru berusia 3 tahun itu. ‘M’acih..’.

Kucing dikasih ikan, Ya jelas senang..!’ pikir saya.
Yah.. mau tak mau akhirnya saya bayar. 15 ribu rupiah..


Meski bulan ramadhan masih lama, namun penjual kembang api sudah banyak berkeliaran. Kalau di jaman saya kecil dulu, kembang api kurang populer. Petasan yang mendominasi. Mercon kalau istilah jawanya. Namun karena sekarang mercon sudah tidak diperbolehkan, maka kembang api semakin berkibar. Dan semakin beragam. Dari mulai yang hanya dibakar dan memancarkan percikan bunga api. Sampai yang bisa melontar ke atas layaknya roket, meledak dan mengeluarkan bunga api warna-warni.

Kembang api selalu mempesona, dengan cahaya, warna, dan suaranya. Tapi tahukan anda untuk pesonanya itu, kembang api menggunakan ramuan bahan yang kedengarannya ganjil, mulai Alumunium, Vaselin sampai racun tikus.

Ramuan serbuk hitam dari Cina digunakan untuk membantu setiap kembang api melesat di udara lewat tekanan dalam gas yang terperangkap dalam tabung atau mortir yang diciptakannya. Dua sumbu dinyalakan sekaligus, satu memicu serbuk hitam, dan yang kedua, yang terbakar lebih lambat, menciptakan ledakan pada waktunya ketika roket sudah membawanya tinggi di udara.

Tabung, bola hampa, dan pembungkus kertas digunakan sebagai bantalan untuk melokalisasi efek dalam setiap kompartemennya. Roket yang lebih kompleks terbagi-bagi menjadi beberapa kompartemen untuk membuat dan mengendalikan ledakan-ledakan sekunder.

Dentuman besar dihasilkan dari flash powder. Serbuk yang pernah marak digunakan untuk kilatan cahaya dalam fotografi ini dibuat dari logam mirip bahan bakar dan bahan kimia yang memungkinkan oksigen membakar bahan bakar.

Para kimiawan biasanya masih menambahkan bismut trioksida, produk kecantikan di masa Yunani dan Romawi kuno, pada ramuan flash powder untuk mendapatkan efek gemericik, yang dikenal dengan sebutan ‘telur naga’. Sedangkan lengkingan peluti membutuhkan racikan dari empat macam bahan, termasuk pengawet makanan dan vaselin.

Warna warni kembang api bergantung pada logam yang digunakan. Tembaga, misalnya, menghasilkan letupan biru. Campuran garam Stronsium dan garam Litium, dan beberapa linnya digunakan untuk menghasilkan rona merah.

Bintang-bintang putih di langit malam adalah produk dari Alumunium dan Titanium. Sedangkan Barium, yang ada dalm racun tikus dan dibutuhkan dalam membuat gelas, berperan untuk pesona hijau. Apabila ingin menciptakan kesan orange dan kuning, dapat ditambahkan Kalium dan Natrium.

Read more...

Friday, July 10, 2009

Bukti rakyat sudah cerdas..

Dimana-mana tema dan topik yang dibicarakan tak jauh dari seputar pemilu pilpres. Televisi, koran, blog.. semuanya membicarakan pilpres. Postingan saya terakhir-pun berkutat di tema itu.

Bagi yang rajin blogwalking pasti sudah jenuh overdosis membaca berita pilpres yang terserak di berbagai blog. Naah.. karena anda sudah sampai di sini, akan saya tambah kejenuhan saudara dengan tulisan berikut, masih dengan tema pilpres. Hihi..

Karena topik ini berat, sedangkan otak saya yang sempit ini tak mampu mengeluarkan wacana sedahsyat ini, khawatir pesan yang
mau disampaikan malah jadi bias, maka maafkan kalau hanya copas dari http://www.ahmadheryawan.com/.


PEMILIHAN PRESIDEN DAN POLITIK PRIMORDIAL
Friday, 10 July 2009 13:28
Oleh: Saiful Mujani

Politik primordial adalah politik yang tumbuh dan berkembang atas nama asal-usul sosial individu atau kelompok, seperti ras, suku, kedaerahan, agama, dan lain-lain. Semua orang punya asal-usul ini bukan karena pilihan, melainkan merupakan takdir hidup. Orang atau kelompok mengejar kekuasaan atas dasar kesamaan asal-usul atau secara sadar mengakui keberagaman asal-usul tersebut dan kemudian menghimpunnya menjadi kekuatan bersama. Bukan atas pertimbangan kemampuan, tanpa mempertimbangkan asalusul itu sebagai faktor utama (meritokratisme).

Dalam masyarakat kita, salah satu bentuk politik primordial adalah politik aliran: sikap dan perilaku politik yang tumbuh dan hidup dari keyakinan atau paham keagamaan. Diyakini bahwa dalam masyarakat kita ada dua aliran keagamaan (Islam) utama: santri dan abangan. Yang pertama dinilai taat menjalankan perintah agama Islam; yang kedua dinilai tidak atau kurang.
Politik elektoral

Pada 1950-an, kaum santri membangun dan mendukung partai-partai Islam, seperti Partai NU dan Masjumi; kaum abangan partai-partai “nasionalis”, seperti PNI dan PKI. Tema dikotomis “Islam” vs “nasionalis” mungkin kurang pas. Yang lebih pas mungkin “partai-partai sekuler” versus “partai-partai Islam”. Pada 1950-an, kekuatan partai Islam sekitar 43 persen di tengah- tengah penduduk yang hampir semuanya beragama Islam. Ini mengindikasikan bahwa, sejak awal politik kepartaian, umat Islam umumnya berorientasi politik sekuler. Setelah 44 tahun (pada Pemilu 1999), dukungan terhadap partai-partai Islam menurun menjadi sekitar 37 persen. Ini pun kalau PKB dan PAN dimasukkan dalam kelompok partai Islam. Dalam Pemilu 2004, kekuatan partai Islam tidak banyak berbeda dengan hasil Pemilu 1999. Tapi, pada Pemilu 2009, kekuatan partai Islam merosot cukup tajam, menjadi sekitar 26 persen.

Politik Islam/santri semakin menurun dalam 60 tahun perjalanan bangsa kalau dilihat dari perkembangan politik kepartaian. Politik aliran menjadi semakin tidak penting di tengah-tengah umat Islam yang kelihatan semakin taat menjalankan agamanya, di tengah-tengah jilbab dan baju koko.

Semakin tidak signifikannya politik santri ini terlihat lebih jelas dalam politik presidensial, yakni pilihan warga atas caloncalon presiden dalam pemilihan presiden. Pada pemilihan presiden 2004, ada dua calon yang biasa diidentifikasi sebagai calon santri, yakni Amien Rais dan Hamzah Haz. Dalam pemilu tersebut, Hamzah Haz mendapat suara sekitar 5 persen, dan Amien Rais sekitar 14 persen. Keduanya tersisih di putaran pertama. Yang masuk putaran kedua, SBY dan Megawati, biasa dianggap sebagai tokoh dari kaum abangan. Sekali lagi, politik Indonesia dikuasai oleh tokohtokoh abangan di tengah-tengah lautan jilbab dan baju koko.

Tapi, menjelang pemilu presiden 2009, sejumlah elite dan partai berusaha melawan arus politik elektoral Indonesia yang semakin menjauh dari konsep politik aliran tersebut. Amien Rais, misalnya, menjelang deklarasi calon presiden- wakil presiden SBY-Boediono, secara terangterangan menolak Boediono sebagai calon wakil presiden bagi SBY karena pilihan terhadap ekonom ini bertentangan dengan pakem klasik politik Indonesia. Memilih Boediono berarti mengabaikan aspirasi umat Islam dan representasi luar Jawa. Sejumlah elite PKS juga beretorika dengan bahasa yang sama. Dikatakan bahwa pemilihan Boediono sebagai calon wakil SBY tidak menampung aspirasi politik umat Islam.

Menjelang pemilu presiden

Tidak sedikit pula pengamat sosial-politik yang masih terpaku pada konsep politik aliran ini. Tiap calon presiden dan wakil presiden dipreteli asal-usulnya, bahkan anak-istrinya, apakah mencerminkan kombinasi aliran atau tidak. JK, misalnya, ditafsirkan lebih mewakili umat Islam karena lebih santri, pernah menjadi aktivis HMI, misalnya. Asal sukunya Bugis dan daerahnya wilayah timur Indonesia. Istrinya berasal dari wilayah barat Indonesia. Wakilnya, Wiranto, lebih mewakili kaum abangan dan etnis Jawa. Tapi istrinya dari daerah timur Indonesia (Gorontalo) dan mencerminkan kaum santri. Karena kombinasi- kombinasi seperti ini dalam pasangan JK-Wiranto, tim suksesnya menyebut pasangan ini “Pasangan Nusantara”.

Justifikasi bahwa perilaku keagamaan masyarakat sangat penting dalam menentukan pilihan, Wiranto secara eksplisit menyatakan bahwa istri pasangan JK-Wiranto ini berbeda dengan istri pasangan SBYBoediono, karena istri JK-Wiranto berjilbab, sedangkan istri SBY-Boediono tidak. Apa yang diharapkan dari ungkapan itu adalah menarik pemilih muslim, karena jilbab dinilai positif dan penting secara politik. Jilbab sebagai bahasa politik juga digunakan sebagian elite PKS ketika mereka melakukan bargaining untuk menolak Boediono sebagai calon wakil presiden bagi SBY.

Walaupun tidak bertumpu pada konsep aliran, pasangan Mega-Prabowo dinilai cukup mencerminkan keberagaman Nusantara. Keduanya dinilai abangan, tapi masingmasing berasal-usul dari suku bangsa dan daerah yang cukup beragam. Mega adalah seorang putri dari pasangan Jawa- Bali (ayahnya) dan Bengkulu (ibunya). Sedangkan Prabowo berasal dari seorang ayah Jawa dan ibu Manado, abangan dan Katolik. Jadi lebih mencerminkan keberagaman dibandingkan dengan pasangan SBY-Boediono.

Pasangan SBYBoediono dinilai sangat homogen dari sisi aliran politik, suku bangsa, dan kedaerahan. Keduanya dianggap berasal dari kaum abangan, etnis Jawa, dan daerah Jawa Timur. Bahkan Jawa Timur “pedalaman” atau “Majapahitan”. Pilihan SBY terhadap Boediono, menurut Amien Rais, bertentangan dengan pandangan yang sudah baku atau klasik tentang pembelahan politik Indonesia.

Indonesia. Amien dan politikus-politikus lain, serta para pengamat politik yang berkacamata politik primordial, mungkin benar bahwa pasangan SBY-Boediono mengabaikan pakem klasik politik Indonesia. Namun, validitas klaim tersebut tidak terlihat dalam politik kepartaian dan dalam pemilu presiden 2004.

Apa yang dianggap sebagai pakem klasik politik Indonesia mungkin sudah luntur; tak mampu lagi menangkap dinamika sosial-politik yang sedang terjadi di masyarakat kita. Sekularisasi politik sedang berlangsung dalam masyarakat. Pada 1950-an, sekularisasi ini belum sekuat sekarang meskipun mayoritas kekuatan politik di parlemen sekuler (PNI, PKI, PSI, dan sejumlah partai kecil lain). Sekularisasi pada 1950-an lebih ideologis, terutama karena pertarungan ideologi politik yang tajam dalam konteks Perang Dingin, terutama antara Islam dan PKI. Pengaruh pertentangan ideologi ini berakar kuat dalam masyarakat, di mana santri versus abangan sangat kuat, setidaknya kalau kita baca karya tahun-tahun itu.

Sekarang sekularisasi politik berlangsung dalam pengertian bahwa masyarakat membedakan kehidupan individual dan sosial dari kehidupan politik. Polarisasi politik kurang ideologis. Ideologi politik sudah mati. Sejak Orde Baru hingga sekarang kita tidak bisa membedakan ideologi partai-partai politik tersebut. Deideologisasi politik ini dipercepat oleh Orde Baru, yang pada dasarnya anti-ideologi dan antipolitik dalam arti tidak menoleransi kebebasan dan keberagaman kekuatan politik. Tapi, di sisi lain, Orde Baru mendorong pembangunan kehidupan keagamaan di tingkat individu, keluarga, dan organisasi sosial. Berhenti sampai di situ. Maka kesalehan individual berkembang dan terpisah dari kekuatan politik.

Tempaan Orde Baru ini membentuk sekularisasi politik sekarang. Kita melihat muslimah-muslimah seperti istri Wiranto atau JK yang berkerudung. Tapi partai mereka bukan PKS atau PPP, melainkan Hanura atau Golkar, yang bukan partai Islam; tidak banyak berbeda dengan Demokrat atau PDI Perjuangan. SBY-Boediono, yang dianggap kurang santri, justru didukung oleh partai-partai Islam (PKS, PPP, PKB, PAN, PBB, PBR, dan lain-lain). Pertimbangan politik murni, misalnya keyakinan akan peluang menang lebih besar, lebih dikedepankan.

Bila pemilu presiden 2009 dimenangi pasangan SBY-Boediono, politik aliran dan lebih luas lagi politik primordial akan menjadi semakin tidak penting. Polarisasi agama, etnik, dan wilayah tidak lagi menjadi basis sosial untuk kepemimpinan nasional. Mungkin ia telah digeser oleh wawasan baru tentang makna agama dan wawasan Nusantara. Saleh secara individual dan sosial, dan tetap menjaga semangat kedaerahan secara sosial, tapi lebih mengedepankan pertimbangan yang lebih inklusif, beyond primordialisme, adalah faktor-faktor dalam menentukan kepemimpinan nasional. Memilih SBY-Boediono mungkin bukan karena sentimen kejawaan atau kejawen menguat, melainkan mungkin karena persepsi pemilih bahwa pasangan ini lebih baik untuk memimpin Indonesia menurut meritokratisme. Apakah akan begitu pemilih kita pada pemilu presiden 2009? Kita lihat.

Read more...

Wednesday, July 8, 2009

Rakyat Indonesia memang 'Over Kreatif..'


Hasil pilpres kali ini saya betul-betul kaget..get..get..!!
Bukan kaget mengenai siapa pemenang pilpres. Kalau itu sih saya sudah bisa menebak. Bahkan saya yakin, semua, baik kawan maupun yang bukan kawan, jauh di lubuk hati terdalam pasti sudah bisa memperkirakan siapa yang akan menang dalam pilpres kali ini. Tanda tandanya sudah jelas. Namun saya kaget justru pada hasil di posisi kedua dan ketiga. Kaget..! koq bisa ya..?

Sebelumnya saya perkirakan yang berada pada posisi kedua adalah pasangan JK-Wiranto. Dan jika seandainya terjadi pilpres dua putaran, yang akan maju melawan esbeye adalah capres no urut tiga ini. Tapi ternyata.. sungguh diluar dugaan. Tidak hanya JK-Wiranto berada pada posisi terakhir, namun selisih peroleh suarapun berbeda amat signifikan. Ck..ck..

Kalau saya saja bisa kaget dengan hasil pilpres ini, bagaimana dengan JK-Wiranto berikut tim suksesnya ya..?? apa ndak stress mereka. Atau para pendukung setia mereka seperti mas Harun ini. Apa ndak kecewa? Tapi.. itulah kenyataan bro. Terima saja. Haha..
Pak JK, selamat pulang kampung, hati-hati di jalan.. Pisss...

Saya ndak ngerti pulitik. Gelap. Maka saya tak berbicara banyak tentang kenapa fenomena ini bisa terjadi. Kenapa JK memperoleh suara sangat sedikit. Kenapa di Aceh 90% justru memilih SBY, bukan JK yang notabene berperan banyak dalam perdamaian di negeri serambi mekah itu.



Apa karena JK berpasangan dengan Wiranto, sehingga rakyat Aceh tidak memilih beliau karena trauma akan era zaman DOM dulu. Atau JK kalah karena sikapnya di masa kampanye dan debat presiden yang terlalu biyayakan.. terlalu agresif, ofensif dan sedikit narsis..? Sementara kultur kita masih belum bisa menerima sikap yang demikian. Budaya kita lebih toleran terhadap sikap yang rendah hati, kalem, bersahaja dan tidak terlalu menunjukkan ingin berkuasa dan menang. Yah.. mungkin karena itu.

Saya perhatikan juga banyak kejadian-kejadian yang sedikit nyeleneh di lapangan. Tentang pencontrengan surat suara. Tidak banyak surat suara yang tidak sah. Itupun tidak secara prinsip, hanya karena ketidaktahuan dan sikap iseng nyeleneh tadi.

Misalnya, ada yang mencontreng dua kali dalam satu kotak salah satu no urut capres, mencontreng capresnya, juga mencontreng cawapresnya. Meskipun sangat jelas maksud si pencontreng memilih yang mana, tapi tetap dianggap tidak sah.

Atau mencontreng satu kali, namun di atas gambar capres dia menulis 'I love you', pun.. ini dianggap tidak sah. Meskipun secara jelas dan gamblang tersirat siapa yang di pilih. Atau ada kejadian yang lebih nyeleneh lagi. Dia sudah mencontreng satu kali pada salah satu capres, tapi di atas kertas suara dia menulis, “Ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Michael Jackson”, ini juga dianggap tidak sah. Ya.. banyak fenomena alasan tidak sahnya surat suara hanya karena perilaku yang nyeleneh kalu tidak dibilang iseng.

Kenapa ini bisa terjadi..? jawab saya cuma satu. Karena orang Indonesia terlalu kreatif. Dalam bahasa lain di sebut iseng. Ya.. ISENG.

Ketika di dalam bilik suara terdapat pulpen/spidol dan kertas. Otak kita langsung bereaksi. Imaginasi kita mengembang memunculkan hasrat keisengan. Tangan kita gatal untuk menggunakan alat tulis lebih dari perlu. Hasilnya seperti yang saya sebut di atas. Menulis 'I love U', menulis pesan bela sungkawa untuk MJ.. Masih untung tidak ada yang mencoret-coret gambar para capres cawapres. Menambahkan kumis.. menambahkan janggut.. kacamata.. memberi anting-anting.. memberi taring.. haha.
Semuanya karena rakyat Indonesia adalah rakyat yang kreatif.

Mari kita terima hasil pilpres ini dengan lapang dada, kita jaga kedamaian, dan kita jaga dan kawal siapapun pemenangnya untuk mewujudakan semua program dan janjinya di masa kampanye.

Sekali lagi, atas kemenangan SBY-Boediono (versi quick count), saya ucapkan selamat.. semoga hal ini adalah yang terbaik untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Amiinn...

Read more...

Monday, July 6, 2009

Pilih yang mana..?


Besok kita melaksanakan pemilihan presiden 2009-2014. Mungkin diantara kita ada yang sudah menentukan pilihan.. ada yang masih bingung.. atau ada yang sudah diniatkan untuk tidak memilih.

Yang menarik adalah teman saya. Seminggu sebelum hari H, dia masih belum menentukan pilihan. Bingung katanya. Untuk hal ini, dia bertanya pada mantan dosen kalkulus-nya. Saya sempat heran kenapa harus mantan dosennya?

Sebab karena dia aku mesti ngulang Kalkulus sampai tiga kali. Dan tetap saja mendapat C minus..”, jawabnya. Hah.. nyambung gak sih..? Seingat saya memang betul dia sempat mengulang kalkulus sampai tiga kali. Karena saking seringnya, sampai akhirnya akrab dengan dosennya itu. Tapi ya sudahlah.. Teman saya itu memang suka begitu, sedikit gemblung.. dan kalau diladeni malah tambah gak nyambung. Akhirnya dengan penasaran saya tanyakan bagaimana jawab dosennya.

Kata dosenku, pilihlah calon yang bisa memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat..”. Ya.. masuk akal..!

Setelah itu dia rajin sekali mengikuti acara debat capres cawapres. Rajin mengamati berita yang mengungkapkan visi dan misi masing-masing capres. Semuanya untuk mengetahui mana capres yang bisa memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat. Mana capres yang paling tepat untuk menjadi presiden bangsa ini. Salut dengan tekadnya. Niat kuatnya untuk ikut berpartisipasi dalam pilpres nanti.

Dua hari sebelum hari H saya tanya bagaimana haslinya, apakah sudah menentukan pilihan? “Tuambah bingung..”, jawabnya. “Semua capres mempunyai tujuan untuk memajukan bangsa, mensejahterakan rakyat, petani, guru, nelayan, menaikkan pertumbuhan ekonomi, bla..bla..bla... Memang waktu acara debat kemaren SBY paling baik cara penyampaiannya, JK paling narsis dan Mega ndledeh kemana-mana. Namun intinya semuanya sama, memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat. Yah.. entahlah nanti aku diskusi lagi dengan Pak Manto..”. Betul.. Pak Manto adalah mantan dosennya.

Sampai sekarang, H-1, saya belum bertemu lagi dengannya. Entahlah apakah dia sudah mempunyai pilihan atau belum. Atau malah memutuskan tidak memilih saking bingungnya..

Mendekati hari pemilihan dan memasuki masa tenang tidak berarti kampanye berhenti dilakukan. Memang di media sudah betul-betul tenang, namun dalam kesunyian ternyata kampanye masih terus berlangsung. Pagi ini saya mendapatkan suatu rumus matematika yang katanya mampu menunjukkan pilihan yang tepat berdasarkan usia. Hah.. apalagi ini.

Rumus tersebut adalah:

(U x 2) + 15 – 11 / 2 – U = No urut capres

Dimana, U adalah Usia.

Katanya hasil perhitungan rumus ini menunjukkan angka yang diperoleh adalah no urut capres yang paling sesuai. Entah benar atau tidak. Tapi lumayanlah untuk sekedar guyon ringan.

Baru saja saat menulis ini, saya mendapat email dari seorang kawan tentang guyon capres lainnya. Mudah-mudahan tidak kena UU ITE atau apalah namanya. Hihi..
(mau ikutan jadi seleb... siapa dikau..??)

Mega, JK, SBY dan seorang siswa sekolah sedang berada dalam pesawat yg sedang mengalami gangguan mesin. Hanya ada 3 parasut tersedia dalam pesawat.

Mega mengambil 1 tas parasut dan berkata: "Ladies first, saya satu2nya calon presiden wanita disini, wong cilik menantikan saya!" [Megapun] lalu melompat keluar.

JK cepat juga mengambil satu tas dan berkata: "Lebih cepat, lebih baik, siapa cepat, dia dapat, he he he" lalu melompat keluar.

SBY: "Nak, engkau masih muda, masa depanmu masih cerah. Saya sudah berbakti untuk negara, rakyat sudah sejahtera dan tenang, meskipun saya masih tidak puas, namun kamu generasi muda penerus bangsa, lanjutkanlah! Ambillah parasut terakhir"

Si anak sekolah menjawab: "Pak SBY presidenku, masih ada cukup parasut untuk kita berdua, Pak JK tadi mengambil tas sekolah saya". Mendengar kata-kata itu, SBY langsung tersedu haru. Begitu lama sampai akhirnya pesawat keburu menabrak gunung.



Hehe.. Piss....

Read more...