Sunday, November 23, 2008

Barrack Obama Indonesia

Ada satu blog yang menarik. Indonesia-anonymus.blogspot. Blog ini telah menjadi langganan bermain saya. Namun sayang, karena sibuknya si empunya blog, tulisan dalam blog jarang di update. Mekipun begitu, saya rutin berkunjung berharap menemukan tulisan terbaru. Bagi saya bagus tidaknya blog tidak dilihat dari banyaknya postingan yang di update secara rutin dan sering. Namun lebih pada kualitas dari tulisan tersebut. Pengelola blog tidak menulis identitas secara detail. Hanya mengaku sebagai sekelompok orang Indonesia yang peduli terhadap negera ini.

'We are a group of Indonesians, ranting about our beloved country. This blog is a result of many people grumbling about many things in many ways.'

Sekarang telah ada ‘saudara kembar’ blog ini dalam bahasa. http://indonesia-anonymus.com. Tapi entah mengapa, versi Inggris lebih menarik bagi saya ketimbang versi bahasa. Padahal isi tulisan sama persis hanya bahasa yang berbeda.

Namun ini tetap merupakan hal yang positif. Ide-ide dan diskusi mereka dapat di akses dan di mengerti oleh pengunjung yang kesulitan berbahasa inggris sehingga cakupan kalangan pembaca lebih luas.

Ada satu artikel menarik. Tenang 'khayalan' mereka. Tentang ‘Barrack obama’ Indonesia. Apakah Indonesia sudah se-demokrasi Amerika berani memilih presiden-nya tanpa melihat latar belakang, etnis keturunan, asal daerah, agama. Apakah Indonesia berani memilih 'Barrack obama' yang cerdas, menarik, muda, dari kaum minoritas, namun memilki latar belakang yang ‘tidak umum’ dan berasal dari minoritas?

Berikut saya kutip khayalan mereka. Versi Indonesia bisa dilihat di sini.


Barack Obama has an African name. That name is not very common in the US and even Obama himself frequently refers to himself as a person 'with a funny name'.
So let's give our 'obama' a name that is not originally Indonesian. Let's call him Vincent Tjoa. (this is just an imaginary name. A mere example).


Barack Obama is a christian, while his father is a muslim. Christianity is the major religion in the US. So In Indonesia, this would make our Vincent a muslim (the majority), but with a christian father.

Vincent Tjoa, a muslim, mother from Solo, and christian father originally from Fujian, China. Picture it yet?

Let's build up our Vincent character some more using our imagination:
Just like Obama, our Vincent is young, patriotic and full of idealism. His life has not been easy. His father abandoned him when he was small and he was mostly raised by his grandparents in Solo, far from richness. Yet through his own perseverence he managed to graduate first from one of the top school in the country. (Let's say he graduated from ITB or UI).
Soon after he graduated, instead of taking a high-paying job in Jakarta, he chose to work in his community helping the poor.

He then went into politics, and became a member of parliament. He is new, with more idealism than experience, yet wildly popular. He has many supporters among young people, who are tired looking at Indonesia's same old corrupt politics. The young people think Vincent understands them. Understands their aspirations. Their ideals. They believe Vincent will be able to lead Indonesia to the better.

Two years later Vincent decided to run for the presidency.

He runs a grass root, efficient, discipline campaign, offering to bring change to Indonesian politics: He promised to end the divisive politics based on religion, race and ethnicity in Indonesia. "There is no javanese Indonesia. there is no chinese Indonesia, there is no muslim Indonesia, there is no christian Indonesia. There is only one Indonesia! Bhinneka Tunggal Ika, unity in diversity".

Vincent makes beautiful speeches. A great orator. He inspires. He has the ability to move people. Give them hope.
And to top it up, he has an incredibly structured, detailed plan on how to bring Indonesia to a brighter future. "Our prosperity is within reach", he said, "if only we can all work together. It is not about me, it is about you. About Indonesia."

His opponent is an old timer yet a very popular Indonesian politician. A native Indonesian, a devout muslim, a former Indonesian military man who has been in politics for a very long time and part of the political establishment. He is incredibly wealthy and his campaign is run by old faces of the establishment's political machine. Unfortunately, this is the same establishment that some Indonesian people view as the status quo: tolerating the corrupt culture and too slow to move the country forward.

Now, here's the question: Given the story above, will we, Indonesians, vote for our Vincent Tjoa to be Indonesia's next president ? Or will we vote for his opponent?

Can we get past his background, his christian father from Fujian province, his name, and his half chinese ethnicity, and vote for him?

Khayalan menarik bukan? Jadi apa pilihan anda??!!


Untuk Indonesia-anonymus, sukses dan terus menulis demi kemajuan bangsa.


Read more...

Thursday, November 20, 2008

Orang 'pintar' bekerja untuk orang 'bodoh'

Hal yang paling saya nikmati adalah saat berkumpul dengan tetangga setiap sabtu sehabis shalat magrib. Kebetulan mesjid tepat di depan rumah. Alhasil, halaman depan-pun kerap menjadi tempat berkumpul bapak-bapak menunggu adzan isya sembari bergosip.

Berbeda dengan gosip para wanita yang di dominasi isu selebritis, perselingkuhan, arisan, sampai harga sembako yang semakin mahal. Gosip kaum lelaki tidak jauh seputar olah raga, berita, politik, keadaan negara, sampai pada pembahasan tentang pergantian pengurus RT dan agenda acara ke-RT-an. Tidak jarang gosip berkembang menjadi rapat warga dadakan.

Entah bagaimana awalnya, saat obrolan sampai pada tema mahalnya pendidikan, seorang tetangga melemparkan pernyataan menarik.

Ah.. tak perlulah itu sekolah tinggi-tinggi. Menghabiskan biaya saja. Iya kalau setelah lulus bisa dapat kerja. Kalau tidak? Malah bikin malu”, kata seorang tetangga dengan logat Medan yang kental sembil mengibaskan tangan di depan wajah. “Sekolah tinggi-tinggi juga UUD. Ujung-ujungnya duit. Lulus, melamar sana melamar sini mengobral ijazah, jadi buruh, kuli, akhirnya kerja jugalah sama orang”, tambahnya.

Sekolah itu sebagai modal Bang. Dengan pendidikan kita bisa mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang layak. Hitung-hitung berinvestasi. Coba hitung. Kerja selama 5 tahun dengan ijazah SMA penghasilan mentok di 2 jutaan. Coba bandingkan bila melanjutkan kuliah. 5 tahun selesai. Begitu masuk kerja penghasilan langsung sama dengan yang 5 tahun kerja. Bahkan bisa lebih. Belum lagi jabatan yang lebih tinggi dan kemungkinan kenaikan gaji yang lebih besar. Hitung-hitung bersusah-sudah dahulu, bersenang-senang kemudian. Tak apalah berkorban sedikit waktu dan uang. Kalau hasil akhirnya lebih menguntungkan.”, jawab saya berusaha menjelaskan keuntungan melanjutkan kuliah. Atau lebih tepatnya, sebagai bentuk usaha membela diri. He..he..

Begini ni.. seperti ini nih isi otak anak muda zaman sekarang. Pantas saja kalau banyak sarjana pengangguran. Dalam otaknya yang namanya kerja itu hanya kerja di perusahaan. Jadi buruh yang menerima upah bulanan. Tak heran pula kalau begitu selesai kuliah para sarjana sibuk mencari info lowongan di koran, bursa kerja, internet. Berlomba-lomba mengirimkan lamaran sebanyak mungkin. Sementara jumlah lowongan tidak sebanding dengan jumlah lulusan baru. Pangangguran-pun membludak. Karena yang pikirnya kerja itu hanya kerja sama orang. Jadi kacung orang lain”, sambar tetangga medan saya itu. Bapak-bapak yang lain senyum-senyum sambil memperhatikan saya yang bingung berkata apa. Asem tenan..

Maka tak heranlah aku kalau banyak orang pintar yang justru bekerja pada orang bodoh. Coba lihat itu bos microsoft, Bill gates. Dia itu orang bodoh. Tidak tamat kuliah. Tapi banyak orang pintar yang bekerja sama dia. Tak usah jauh-jauh lah. Pemilik restoran yang di dekat kecamatan itu. Dia itu tidak pernah kuliah. Tapi salah seorang pekerjanya itu sarjana ekonomi. Orang pintar bekerja untuk orang bodoh”. Pintar juga tetangga medan saya ini. Dari mana juga dia tau Bill gates.., Microsoft.. Sial. Pikir saya.

Ahh.. jangan-jangan bos kau. Pemilik perusahaan tempat kau bekerja sekarang, dia juga tidak pernah kuliah. Kasian benar kau Yu, kerja jadi kuli-nya orang bodoh. Ha..ha..”. Tawanya yang langsung diikuti oleh tawa bapak-bapak yang lain.

Adzan isya berkumandang. “Selamat..”, pikir saya. Langsung saya masuk ke dalam mesjid diikuti para tetangga yang masih tertawa-tawa.

Setelah shalat isya, segera saya masuk ke dalam rumah menghindar pembiacaraan lanjutan. Tapi tetap saja obrolan tadi masih terus terpikirkan.

Betul juga. Selama ini banyak pengangguran karena definisi kerja hanya terbatas pada kerja di perusahaan. Kerja di instansi formal. Kerja sebagai buruh dengan upah bulanan. Padahal jika saja pikiran lebih terbuka. Lebih luas. Banyak yang bisa dilakukan oleh para pengangguran. Membuat usaha. Wiraswasta. Tidak tergantung pada lowongan pekerjaan.

Saya teringat pada tukang buah yang mengontrak di rumah. Dia tamatan SMA. Awalnya berjualan buah keliling dengan gerobak. Lalu menyewa kios di pinggir jalan raya tepat di depan sebuah pabrik tekstil. Sekarang dia sudah mampu kredit mobil pick up untuk membantu berjualan.

Mungkin beberapa tahun lagi dia mampu membeli dan memperbesar kios buahnya. Membuka cabang di tempat lain. Dan jika kiosnya semakin besar dan banyak. Perlu pembukuan dan administrasi yang tidak sederhana, dia mempekerjakan seorang sarjana untuk membantunya. Orang ‘pintar’ bekerja untuk orang ‘bodoh’. Panas kepala saya.

Read more...

Wednesday, November 19, 2008

Berbagai larutan buffer dan cara pembuatan

Bicara tentang analisa kimia, salah satu hal yang sedikit merepotkan bagi saya adalah buffer. Buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan garam-nya yang dapat mempertahankan dan menjaga pH. Bidang bioteknologi tidak bisa dipisahkan dari penggunaan larutan ini.

Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri.

Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impact terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor.

Sebagai contoh buffer phosphat akan menghambat aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturate menghambat phophorilasi oksidatif. Tris buffer bereaksi dengan amin primer dan memodifikasi transport elektron dan phosphorilasi pada kloroplast. Tris juga menghambat enzim respirasi di mitokondria. Dan masih banyak efek lain yang diberikan buffer. Oleh karena itu pemilihan buffer terkadang menjadi kesulitan yang cukup merepotkan. Oleh karena itu, gunakan konsentrasi buffer serendah mungkin yang masih dapat untuk memaintain pH.

Berikut beberapa macam buffer yang kerap digunakan:


A. GLYCINE–HCL; PH 2.2–3.6, PKA = 2.35

Campur 25 ml 0.2 M glycine dan x ml HCl, kemudian encerkan hingga 100 ml dengan air suling.

x (ml)

pH

22.0

2.2

16.2

2.4

12.1

2.6

8.4

2.8

5.7

3.0

4.1

3.2

3.2

3.4

2.5

3.6


B. SODIUM ACETATE; PH 3.6–5.6, PKA = 4.76

Mencampurkan 0.1N acetic acid dan 0.1N sodium acetate untuk mencapai pH tertentu.

acetic acid

(ml)

sodium acetate (ml)

pH

185

15

3.6

176

24

3.8

164

36

4.0

147

53

4.2

126

74

4.4

102

98

4.6

80

120

4.8

59

141

5.0

42

158

5.2

29

171

5.4

19

181

5.6


C. BUFFERED SALINE (PBS, TBS, TNT, PBT)

Larutan buffer saline sering digunakan ketika melakukan eksperiment yang berhubungan dengan immunolocalization. Ada beberapa variasi dari buffer ini, tiga diantaranya sebagai berikut.

PBS 20x stock



TBS

Potassium chloride

4 g

53.6 mM

Potassium chloride 4 g

NaCl

160 g

274 mM

NaCl 160 g

Potassium phosphate monobasic

4 g

29.4 mM

Tris buffer (10 mM, pH 7.5) to 1 liter

Sodium phosphate dibasic (7•H2O) DI

43.2 g

17.5 mM to 1 liter

Use TBS when performing immunocytochemical




experiments on phosphate-sensitive tissues




(photosynthetic tissues typically)

TNT



PBT

NaCl

150 mM


PBS to vol

Tris buffer (100 mM, pH 7.5)

to 1 liter


Tween 20 1% (v/v)


D. CACODYLATE BUFFER; PH 5.0–7.4, PKA = 6.27

Sodium cacodylate buffer [Na(CH3)2 AsO2 • 3H2O] adalah alternatif dari Sørensen’s phosphate buffer. Mempunyai kapasitas buffer yang baik pada range pH 5.0–7.4. Cacodylate digunakan untuk aplikasi mikroskop elektron sebagai metode untuk menghindari penambahan phosphate saat sample preparasi. Mitochondria dan arganela lainnya dapat rusak jika terkena konsentrasi phosphate berlebih yang terdapat dalam Sørensen’s buffers.

Siapkan 0.2 M sodium cacodylate stock solution dalam air (4.28 g/100 ml). Tambahkan x ml 0.2 N HCL per 100 ml cacodylate stock solution, diikuti denga penambahan air demin sampai volume 400 ml hingga diperoleh 0.05 M cacodylate buffer pada pH yang diinginkan.

0.2 M HCl

pH

94.0

5.0

90.0

5.2

86.0

5.4

78.4

5.6

69.6

5.8

59.2

6.0

47.6

6.2

36.6

6.4

26.6

6.6

18.6

6.8

12.6

7.0

8.4

7.2

5.4

7.4


E. CITRATE BUFFER; PH 3.0–6.2, PKA = 6.40

Citrate buffer stock solutions: A: 0.1 M citric acid; B: 0.1 M sodium citrate. Campurkan kedua larutan dengan perbandingan volume dan encerkan dengan air sampai 100 ml untuk membuat pH yang diinginkan.

0.1 M citric acid

0.1 M sodium citrate

pH

46.5

3.5

3.0

43.7

6.3

3.2

40.0

10.0

3.4

37.0

13.0

3.6

35.0

15.0

3.8

33.0

17.0

4.0

31.5

18.5

4.2

28.0

22.0

4.4

25.5

24.5

4.6

23.0

27.0

4.8

20.5

29.5

5.0

18.0

32.0

5.2

16.0

34.0

5.4

13.7

36.3

5.6

11.8

38.2

5.8

9.5

41.5

6.0

7.2

42.8

6.2


F. SØRENSEN’S PHOSPHATE BUFFER; PH 5.8–8.0, PKA = 7.20

Campur sejumlah tertentu stock solution dan tambahkan air suling untuk mendapatkan 100 ml larutan Sørensen’s phosphate buffer 0.1 M. Ingat, konsentrasi phosphate yang tinnggi dapat bersifat toksik bagi sel tanaman.

Stock solutions:

A 0.2 M NaH2PO4
B
0.2 M Na2HPO4

A (ml)

B (ml)

pH

92.0

8.0

5.8

87.7

12.3

6.0

81.5

18.5

6.2

68.5

31.5

6.5

62.5

37.5

6.6

56.5

43.5

6.7

51.0

49.0

6.8

45.0

55.0

6.9

39.0

61.0

7.0

33.0

67.0

7.1

28.0

72.0

7.2

23.0

77.0

7.3

19.0

81.0

7.4

16.0

84.0

7.5

8.5

91.5

7.8

5.3

94.7

8.0


G. PHOSPHATE–CITRATE BUFFER; PH 2.2–8.0, PKA = 7.20/6.40

Untuk membuat 100 ml larutan buffer phosphat-citrate.

Stock solutions:

0.2 M dibasic sodium phosphate
0.1 M
citric acid

0.2 M Na2HPO4 (ml)

0.1 M citrate (ml)

pH

5.4

44.6

2.6

7.8

42.2

2.8

10.2

39.8

3.0

12.3

37.7

3.2

14.1

35.9

3.4

16.1

33.9

3.6

17.7

32.3

3.8

19.3

30.7

4.0

20.6

29.4

4.2

22.2

27.8

4.4

23.3

26.7

4.6

24.8

25.2

4.8

25.7

24.3

5.0

26.7

23.3

5.2

27.8

22.2

5.4

29.0

21.0

5.6

30.3

19.7

5.8

32.1

17.9

6.0

33.1

16.9

6.2

34.6

15.4

6.4

36.4

13.6

6.6

40.9

9.1

6.8

43.6

6.5

7.0


H. BARBITAL BUFFER; PH 6.8–9.2, PKA = 7.98

Untuk membuat 200 ml larutan buffer. Kedalam 50 ml Sodium barbital 0.2 M, tambahkan x ml 0.2 M HCl. Tambahkan air suling hingga volume 200 ml.

0.2 M HCl (x ml)

pH

1.5

9.2

2.5

9.0

4.0

8.8

6.0

8.6

9.0

8.4

12.7

8.2

17.5

8.0

22.5

7.8

27.5

7.6

32.5

7.4

39.0

7.2

43.0

7.0

45.0

6.8


I. TRIS BUFFERS


Solution

Preparation


Tris, 1 M stock

Tris base DI Dissolve and adjust pH with the following approximate amount of HCl: pH 7.4 pH 7.6 pH 8.0

121.1 g 800 ml;

70 ml, 60 ml, 42 ml

EDTA, 0.5 M

Disodium ethylene diamine tetraacetate Adjust pH to approx. 8.0 and stir until dissolved

186.1 g

SSC, 20x

NaCl NaCitrate DI Adjust pH to 7.0 with NaOH then add DI to 1 liter

175.3 g 88.2 g 800 ml

SSPE, 20x

NaCl NaH2PO4 • H2O EDTA DI Adjust pH to 7.4 with NaOH then add DI to 1 liter

174 g 27.6 g 7.4 g 800 ml

TE

Tris EDTA Adjust pH using Tris stock solution

10 mM 1 mM

STE (TNE)

Tris NaCl EDTA Adjust pH to 8.0 using Tris stock solution

10 mM 100 mM 1 mM

J. GLYCINE– NaOH BUFFER; PH 8.6–10.6, PKA = 9.78

Stock solutions:

0.2 M glycine
0.2 M NaOH

Campur 25 ml glycine stock solution dengan x ml 0.2 M NaOH dan encerkan dengan air suling hingga volume 100 ml.

x ml 0.2 M NaOH

pH

2.0

8.6

3.0

8.8

4.4

9.0

6.0

9.2

8.4

9.4

11.2

9.6

13.6

9.8

19.3

10.4

22.75

10.6


Demikian beberapa buffer yang bisa dijadikan pilihan untuk digunakan. Perlu diingat, bahwa larutan buffer hanya berfungsi untuk mempertahankan pH. Tidak berarti bahwa pH tidak akan berubah. Perubahan dan gangguan yang cukup besar dalam sistem dapat merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya.

Hal ini karena buffer hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya sedikit perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam sistem.

Read more...

Wednesday, November 12, 2008

Rahasia Lampu Hemat Energi

Hari mingu kemarin saya diminta untuk membeli sebuah lampu oleh bibi yang kebetulan tinggal bersebelahan. Segera saya meluncur ke Alphamart terdekat (ooops.. maaf..! straight to the name. he..he..).

Ketika menyerahkan lampu pesanan, bibi spontan komplain. “Lho..koq yang ini sih. Kan mahal. Lampu biasa bisa dapet tiga”, katanya sambil mengulurkan tangan mengambil lampu hemat energi (LHE) yang saya beli. “Lhaa.. tadi nggak bilang”, jawab saya singkat malas menjelaskan kenapa saya membeli LHE ketimbang lampu biasa.
Banyak orang seperti bibi saya. Karena harus repot membagi uang yang ada untuk berbagai keperluan. Maka berat bagi mereka untuk membeli lampu hemat energi yang memang lumayan mahal. Uang sebesar itu yang semestinya bisa untuk membeli kebutuhan lain habis hanya untuk sebuah lampu.
Tapi sebetulnya apakah worth enough uang yang kita keluarkan dengan keuntungan yang nanti didapat? Jangan-jangan harga lampu tersebut masih lebih mahal dari penghematan yang bisa dilakukan. Hitung yuk.
Berikut merupakan simulasi perhitungan lampu hemat energy vs lampu pijar (klik untuk memperbesar gambar):
(sumber : PT. Osram Indonesia)
Tuhkan bisa dilihat. Ternyata betul LHE jatuhnya lebih murah. Tapi nanti dulu. Sebetulnya apa sih yang membuat LHE lebih hemat daripada lampu biasa. Waah.. untuk menjawab ini harus merenung dan bersemedi dulu. Mesti bertapa menyendiri ke tempat wingit. Puasa mutih 3 hari 3 malam, dan ndak boleh berhubungan dengan istri selama seminggu.
Istri siapa..? lha sampeyan ajakan belum punya istri.
Istrinya pak RT. He..he..
Sudah..sudah.. jadi bagaimana ini.
Oh iya..
Jadi berdasar wangsit dan penglihatan mata batin saya, secara sederhana begini..
Lampu pijar adalah lampu yang menggunakan filamen untuk menghasilkan cahaya. Filamen yang paling umum digunakan adalah filamen tungsten.


Saat bola lampu pijar dihidupkan, arus listrik mengalir menuju filamen melewati kawat penghubung. Apabila energi dari arus cukup besar, maka elektron-elektron pada tungsten akan menyerap energi kemudian mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Karena elektron dalam keadaan ini tidak stabil, maka ia akan segera kembali ke bentuk awal dengan melepaskan foton menghasilkan cahaya. Selain itu filamen ini juga akan menghasilkan panas yang bisa mencapai 2000 ºC menyebabkan filamen berpijar.
Filemen yang bersuhu tinggi ini jika kontak dengan udara (oksigen) dapat menyebabkan nyala api, bahkan ledakan. Oleh karena itu lampu pijar dilindungi oleh kaca transparan dan ruang disekitarnya dibuat vakum. Pada lampu pijar modern, ruang vakum diisi oleh gas inert bertekanan rendah untuk menghindari penghitaman kaca akibat terlepasnya zat tungsten karena suhu yang tinggi. Gas yang biasa digunakan adalah Nitrogen, Krypton, dan Argon.
Pada suhu tinggi sebagian filamen tungsten akan menguap dan terkondensasi menempel pada kaca menyebabkan warna hitam. Hal ini dapat mengurangi terang lampu. Untuk menghindari itu maka ditambahkan gas inert ke dalam lampu. Partikel tungsten yang menguap akan ditangkap oleh partikel gas dan menempel kembali ke filamen. Dengan demikian tidak ada tungsten yang menempel pada kaca menyebabkan warna kaca hitam dan menghalangi cahaya.
Salah satu jenis lampu pijar yang telah menerapkan teknologi ini adalah lampu halogen. Lampu ini biasa digunakan di kendaraan bermotor.

keterangan gambar:
  1. Daya listrik membuat filamen membara. Pada saat filamen membara, tungsten akan menguap.
  2. Tungsten yang menguap, kemudian terkondensasi pada dinding kaca yang lebih dingin.
  3. Hal ini terjadi terus menerus selama lampu menyala, sehingga semakin lama kaca lampu akan terlihat menghitam, kemudian hingga suatu saat filamen tungsten akan terus menipis dan akhirnya putus, lampu mati.
Dengan adanya gas halogen, partikel tungsten tidak akan menempel pada kaca.

Keterangan Gambar:
  1. Terlihat gas halogen diantara gas-gas lainnya dalam lampu halogen. Secara kimia, gas halogen (butir merah) akan bereaksi dengan uap tungsten (butir hitam) yang kemudian menghasilkan halida tungsten.
  2. Pada saat filamen tungsten membara, tungsten akan menguap.
  3. Gas halogen mengikat uap tungsten tadi menjadi tungsten halida.Ketika halida tersebut menyentuh tungsten filamen yang sedang membara, senyawa tersebut kembali terpecah dimana gas halogen kembali terlepas sementara tungsten kembali melekat pada filamen (Halogen-cycle).
  4. Siklus ini berulang terus menerus yang menghasilkan cahaya lampu yang stabil dan umur lampu yang panjang.

Syarat utama untuk terjadinya halogen-cycle adalah suhu permukaan kaca lampu harus sangat panas. Suhu harus minimal sekitar 250°C hingga 900°C (tergantung besar daya lampu). Jika suhu kaca lampu berada di bawah itu, maka halogen tidak akan mampu mengikat uap tungsten, akibatnya tungsten akan melekat pada dinding kaca bagian dalam, hingga lama kelamaan kaca lampu akan menghitam, dan lampu halogen lebih cepat putus.
Fakta inilah yang menjadi alasan mengapa lampu halogen tidak boleh dipegang pada bagian kacanya.

Keterangan Gambar:

1. Jari tangan kita selalu meninggalkan sidik jari berupa lapisan lemak tipis.
2. Lapisan lemak yang menempel pada kaca lampu halogen membuat suhu permukaan kaca lebih dingin dibanding permukaan kaca yang lain. Hal ini karena lemak tadi pada suhu yang sangat tinggi akan melebur menyatu dengan kaca yang berbahan dasar Quartz sehingga koefisien muainya menjadi berbeda dengan bagian yang bersih. Jika perbedaan koefisien muainya sangat besar, bisa menyebabkan kaca pecah.
3. Akibat perbedaan suhu cackle di atas, proses siklus halogen tidak dapat bekerja sempurna.
4. Semakin banyak uap tungsten yang terkondensasi pada kaca lampu, tepatnya pada bagian kaca yang lebih dingin (ada lemak). Bagian tersebut biasanya akan menjadi berkabut hitam, abu-abu atau putih.
5. Akhirnya lampu menjadi cepat putus, akibat filamen tungsten yang cepat menipis karena menguap.


Kelemahan lampu pijar. Bila suhu pada filamen melewati batas kemampuan filamen untuk menahan panas, filamen sedikit demi sedikit akan meleleh dan selanjutnya putus. Akibatnya lampu pijar tidak bisa memancarkan cahaya lagi. Umur dari lampu pijar kurang lebih sekitar 2000 jam.
Selain itu kelemahan lainnya adalah sebagian besar energi digunakan untuk menghasilkan panas. Hanya 10 % dari total energi yang menghasilkan cahaya. Hal ini mengakibatkan lampu pijar sangat tidak efisien.
Pada lampu hemat energi prinsip timbulnya cahaya adalah fenomena fluorescent. Bagian dalam lampu diisi dengan gas inert dan sedikit senyawa merkuri. Kaca lapisan dalam dilapisi dengan phosphor. Pada ujung-ujung lampu terdapat dua elektroda yang berbeda. Saat arus listrik dialirkan, dari kedua elektroda tadi timbul beda tegangan. Elektron akan meloncat dari elektroda negatif ke positif. Elektron-elektron ini akan menumbuk atom-atom merkuri dan menaikkan energi dari elektron sehingga menjadi tidak stabil. Saat kembali ke keadaan normal, elektron tersebut akan melepaskan photon dengan panjang gelombang ultraviolet. Photon dengan panjang gelombang ini tidak dapat dideteksi oleh mata kita. Maka photon ini perlu dikonversi sehingga dapat memproduksi cahaya dengan panjang gelombang visible yang dapat dilihat oleh mata. Nah disinilah peran dari lapisan phosphor.

Bagian dalam lampu fluorescent

Ketika photon dengan panjang gelombang UV menumbuk atom-atom phosphor, maka elektron-elektron pada atom phosphor akan menghasilkan energi dengan panjang gelombang visible yang dapat ditangkap mata. Seingga akan diperoleh cahaya putih yang terang. Dengan sedikit memodifikasi lapisan phosphor ini akan diperoleh cahaya dengan berbagai warna.
Mekanisme ini hanya memproduksi sedikit panas. Sehingga hampir semua energi yang digunakan dirubah ke dalam cahaya. Lampu fluoresense ini enam kali lebih efisien dari pada lampu pijar biasa. Dengan jumlah energi yang sama, lampu ini akan lebih terang ketimbang lampu pijar.
Namun ada beberapa rumah yang senang menggunakan lampu pijar. Hal ini karena lampu pijar dapat memberikan kehangatan. Terutama di negara yang mempunyai musim dingin.


Artikel terkait:

Read more...