Thursday, December 17, 2009

Asal Mula Cerita Duyung

Kita tentu pernah mendengar tentang kisah putri duyung. Ya.. kisah tentang wanita cantik separuh manusia dan separuh ikan yang hidup di lautan.

Tidak hanya di Indonesia, kisah duyung dikenal luas di seluruh dunia. Tapi tahukah kalian dari mana awal cerita tentang Duyung?

Di tanah air dongeng kisah duyung berasal dari Sulawesi Tengah.

Diceritakan hiduplah sepasang suami istri bersama tiga orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sang ayah menanam sayuran dan umbi-umbian di ladang dan mencari ikan di laut. Setiap pagi sebelum berangkat ke ladang, ayah selalu sarapan bersama istri dan ketiga anaknya.

Suatu pagi seperti biasanya keluarga itu sarapan bersama dengan lauk ikan hasil tangkapan ayah mereka. Daging ikan sangat jarang mereka rasakan, hingga menjadi sesuatu yang istimewa. Karena ikan berlebih, ayah berpesan kepada istrinya untuk menyimpan sisa ikan untuk lauk siang nanti.

Menjelang siang hari, si bungsu merengek meminta makan. Sang ibu segera memberinya sepiring nasi bersama secuil lauk ikan. Karena sangat kelaparan setelah seharian bermain, dalam waktu singkat, ikan yang diberikan ibu langsung dihabiskannya. Masih merasa lapar bungsu minta tambah.

‘Ibu aku minta tambah ikannya’.

Tapi sedikit saja ya anakku, sisanya buat lauk ayah nanti siang’.

Mendengar itu bungsu tidak puas. Ia ingin menghabiskan semua lauk ikan. Ia mulai menangis.

‘Berhentilah anakku, Sisa ikan ini untuk ayah nanti. Sekarang kau cukuplah dengan
sedikit saja. Besok biar ayah cari ikan lebih banyak’.

Bujukan sang ibu tidak membuat bungsu berhenti menangis, bahkan semakin parah berguling-guling di tanah. Ibu yang tidak sampai hati melihat anaknya akhirnya memberikan semua sisa ikan. Setalah di beri, barulah bungsu berhenti menangsi.
Siang harinya ayah pulang kembali dari ladang. Istrinya segera menyiapkan makan siang. Namun melihat yang disajikan hanya sayur tanpa lauk ikan, ayah bertanya.

‘Mana sisa lauk ikan pagi tadi?’

‘Habis dimakan si bungsu’, jawab Ibu.

‘Lho bukannya tadi aku berpesan agar disisakan utuk lauk makan siang, kenapa kau berikan semua pada si bungsu?’

‘Akupun bermaksud begitu, namun bungsu tidak mau kalau hanya sedikit, ia merengek menangis bergulingan meminta semua lauk ikan. Aku tidak sampai hati melihatnya. Lalu kuberikan semua ikan yang ada’.

Ayah tidak mau mengerti dengan alasan ibu, ia pun marah. Karena merasa sedih, bersalah, dan bingung dimarahi suaminya, malam harinya saat semua tidur ibu pergi meninggalkan rumah.

Keesokan paginya ayah terkejut ibu tidak ada dirumah.

“Ibumu kemana..?”, Tanyanya pada anak tertua.

Tidak tahu ayah..’

‘Ah.. mungkin ibumu pergi ke laut mencari ikan. Lauk ikan kita sudah habis.’, katanya singkat.

‘Baiklah kalau begitu ayah pergi ke ladang, kalian pergilah cari ibumu ke laut, dan minta untuk disiapkan makan siang’. Katanya kepada anak-anak .

Ketiga bersaudara itu lalu pergi ke laut mencari ibu mereka. Tiba di laut mereka tidak melihat kehadiran ibu, mereka terus mencari dan mencari. Menjelang siang karena lelah dan putus asa mereka menangis sambil memanggil-manggil ibu mereka.

‘Ibu..ibu.. pulanglah.. ibu..ibu..’, suara mereka menyayat hati. Tiba-tiba dari arah laut datang sosok ibu menghampiri mereka. Ketiga bersaudara itupun langsung menghambur menghampiri.

‘Ibu.. kemana saja, kami mencari ibu dari tadi.’

‘Ibu mencari ikan buat kalian anakku. Ini ibu mendapat banyak ikan. Pulanglah dan masak untuk lauk makan siang nanti.’


‘Mari ibu, kita pulang bersama’, anak tertua berkata.

‘Tidak. Kalian pulanglah dulu, ibu masih ingin mencari ikan lebih banyak untuk ayah dan kalian.’.

Dan ketiga bersaudara itu pun berjalan pulang.

Saat siang hari, ayah kembali dari ladang. Makanan telah siap di meja berikut lauk ikan.

’Mana ibu kalian?’


‘Betul kata ayah bahwa ibu tadi mencari ikan di laut’.


‘ Lalu sekarang mana?’

‘Tadi kata ibu ia akan menyusul pulang, ia masih ingin mencari ikan lebih banyak.’


‘Ya sudah kita tunggu sebentar lagi’.

Sudah satu jam lebih mereka menunggu tapi ibu belum kelihatan. Ayah yang sudah sangat lapar akhirnya memulai makan siang.

‘Ibu kalian lama sekali, ya sudah mari kita makan duluan saja’.


‘Tapi ayah.. ibu bagaimana? kita tunggu sebentar lagi saja, kita makan bersama ibu’.


‘Ayah sudah lapar, nanti juga bila ibumu sudah lelah dan lapar, ia akan pulang. Kita makan dulu saja’.

Dan merekapun makan tanpa menunggu ibu.

Menjelang petang ibu masih belum pulang. Anak-anak semakin cemas. ‘Ayah, bagaimana ini, ibu belum juga pulang. Sementara hari sudah gelap’.

‘Ya sudah. Cari sana ibu kalian’.

Mereka bertiga bergegas menuju laut mencari ibu. Mencari kesana kemari ibu tidak kelihatan. Setelah lama mencari akhirnya mereka bertiga kelelahan dan menangis putus asa sambil memanggil-manggil ibu.

‘Ibu.. ibu... pulanglah ibu. Ibu..ibu.. ‘, rintihan mereka begitu menyayat hati.
Sesaat kemudian muncul sosok ibu dari arah laut. Ketiga anak beranak tersebut langsung berlari menghampiri.

‘Ibu.. ibu kemana saja, kami sedari tadi menunggu ibu pulang’.


‘Ibu mencari ikan untuk kalian dan ayah nak, ini ibu membawa ikan banyak’.


‘Ikan tadi siang masih ada ibu. Sekarang mari kita pulang. Ayah menunggu ibu’.


‘Tidak bisa anakku. Ibu tidak bisa pulang. Lihatlah ibu’.

Mereka memperhatikan sosok ibu dengan lebih seksama. Dan kagetlah ketiganya begitu mengetahui bahwa separuh tubuh ibu dari pinggang ke bawah berubah bersisik dan menyerupai wujud ikan.

‘Ibu kenapa, ibu kenapa…?’, teriak mereka serempak.

Tidak apa2 anakku. Dengan begini ibu akan lebih mudah mencari ikan untuk kalian. Setiap hari kapanpun kalian ingin ikan datanglah ke laut dan panggillah ibu, ibu akan membawakan ikan yang banyak. Sekarang pulanglah..’

Setelah memeluk ketiga anaknya, ibu perlahan berjalan menuju ke tengah laut, kemudain sosoknya menghilang menyelam ke dalam laut.

Diceritakan kembali dari http://melayuonline.com/


Read more...