Tuesday, March 31, 2009

Rokok Herbal; Rokok Yang Baik Bagi Kesehatan..???

Teman saya yang seorang perokok entah sudah berapa kali mencoba untuk berhenti merokok namun selalu saja gagal. Seminggu dua minggu pertama usaha untuk tidak merokok bisa tetap dipertahankan. Setelah mencapai minggu ketiga hasrat yang dipendam akhirnya meledak keluar dan gagallah niat berhenti merokok. Godaan selalu saja muncul, entah itu ledekan dan bujukan dari teman-teman se’perokok’an, rasa yang hilang setiap habis makan, dan banyak lagi godaan yang harus dihadapi yang pada akhirnya mengembalikan pada kebiasaan merokok.

Salah seorang teman yang sepertinya sudah putus asa pernah berkata. ‘Hah.. mau berhenti merokok saja susahnya minta ampun. Seandainya saja ada rokok yang menyehatkan, sungguh indah dunia ini’.

Haha.. tertawa saya mendengar ini. Mana ada rokok yang menyehatkan. Kalau rokok yang tidak merusak kesehatan mungkin masih bisa dibuat dengan teknologi. Tapi kalau rokok yang memberikan efek sehat pada tubuh dan mengobati berbagai penyakit, rasanya koq tidak mungkin ada. Karena yang namanya memasukkan asap sisa pembakaran ke dalam paru-paru, tidak secuilpun kelihatan manfaat kecuali justru meracuni tubuh.

Tanya-tanya ke mbah google akhirnya saya menemukan situs yang mengklaim dan mempromosikan produk rokok yang sehat dan menyehatkan. Bahkan rokok tersebut disebut dapat mengobati berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Terus terang saya ragu tentang apa yang diterangkan dalam artikel tersebut. Meskipun dijelaskan tentang kandungan bahan-bahan ramuan yang katanya didapat melalui ‘petunjuk’ spiritual dan juga formula berbagai ramuan rahasia. Berikut saya berikan sedikit cuplikan artikel yang saya maksud, lengkapnya anda bisa lihat di sini.

Rokok ini diciptakan oleh Ustadz KH. Abdul Malik berdasarkan petunjuk yang didapat oleh Beliau saat melakukan “istikharah” dan berdasarkan pengalaman dalam pengobatan alternatif, dari komposisi 17 jenis bahan ramuan yang diolah menjadi bahan campuran tembakau pilihan untuk rokok sehingga mampu menetralkan kandungan TAR dan NIKOTIN. Ramuan yang juga berfungsi sebagai jamu terapi kesehatan tersebut merupakan warisan leluhur tanpa bahan kimia maupun candu. Terdiri dari beberapa ramuan tradisional dan rempah-rempah rahasia yang berfungsi melancarkan peredaran darah, membersihkan racun dalam tubuh terutama pada saluran pernapasan, tenggorokan, dan paru-paru.

Rasa Rokok ini secara umum adalah khas rasa rokok yang pernah dibuat dan dinikmati oleh Raja-Raja Kerajaan Majapahit dan tersebar di seluruh dunia pada masanya. Sudah tentu sesuai dengan karakter cita rasa perokok Nusantara. Doa-doa yang dihembuskan pada bahan baku rokok berupa Energi Gelombang Pendek sangat halus, sehingga mampu memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak akibat racun seperti infeksi, radang dan bakteri serta virus.

Pada awalnya rokok ini digunakan hanya sebagai sarana terapi pengobatan berbagai jenis penyakit. Karena banyaknya permintaan dari para pengguna yang merasakan efek positif dari rokok ini maka diputuskan untuk diproduksi secara massal.


Fantastik bukan..???
Bahkan dibagian selanjutnya artikel tersebut diterangkan tentang rahasia diantara 17 bahan ramuan diantaranya adalah daun sirih, (Piper Betle), kayu siwak (Salvadore Persica), dan madu. Dijelaskan juga khasiat dan manfaat dari ketiganya yang memang sudah terbukti secara ilmiah dan medis.

Meskipun demikian saya masih ragu akan kebenaran tulisan tersebut yang mengatakan bahwa menghisap rokok tersebut menyehatkan dan mengobati berbagai penyakit. Mungkin benar bahwa bahan-bahan yang telah disebutkan tadi mempunyai efek yang baik bagi tubuh. Namun apabila bahan tersebut dibakar, maka kandungan senyawa kimiawi akan berubah menjadi senyawa yang lain.

Selain itu juga, perlu diingat, yang dihisap masuk kedalam paru-paru adalah asap dari rokok yang dibakar. Apakah kandungan senyawa kimia yang berguna tadi ikut bersama asap rokok? Saya pikir tidak. Asap adalah hasil sisa pembakaran. Komposisi kimia asap berbeda dengan komposisi kimia bahan asal yang dibakar. Jadi menurut saya tetap saja rokok tersebut tidak memberikan manfaat kesehatan seperti yang digembor-gemborkan dalam artikel di atas.

Rokok ini dijual dengan beberapa merek dagang yang rata-rata harganya diatas Rp 50 ribu. Wuaah... harga yang mahal menurut saya. Kalo saya sih lebih baik buat makan sea food atau sate kambing. Haha...



Beberpa artikel tentang bahaya rokok:

1. http://rokok.komunikasi.org
2. http://www.geocities.com/pentagon_f/rokok1
3. http://one.indoskripsi.com


Read more...

Tuesday, March 24, 2009

Bisnis Rumah Sakit


Ketika sedang mengantri di kantor pos Jakarta kota untuk mengirimkan laporan tahunan pajak (entah kenapa koq ya banyak yang mengirimkan laporan pajaknya pada hari itu, padahalkan saya sengaja baru mengurus laporan pajak mendekati batas akhir waktu yang ditentukan supaya tidak antri seperti ini), tidak sengaja saya terpaksa mendengar obrolan dua orang wanita yang duduk dibelakang.

Awalnya saya sama sekali tidak tertarik pada pembicaraan mereka karena saat itu sedang berusaha keras untuk tidak melirik (memandangi) kumpulan gadis kantoran yang berdiri mengantri didepan loket. Sebagian diri ini merasa bersalah, sebagian lagi malah sumringah. Dan yang terakhir tampaknya lebih dominan. Ini kesempatan, tidak tiap hari bisa mendapatkan sajian seperti ini. Mumpung tersedia free di depan mata, nikmati saja. Tak usahlah banyak pertimbangan. Ah.. bisikan itu jelas memenuhi isi kepala. Tapi.. obrolan dua wanita dibelakang kembali menarik perhatian saya.

‘Jadi.. si Anto nerusin ke mana Bu?’, terdengar wanita pertama memulai pembicaraan. ‘Maunya sih ke Farmasi, tapi aku pikir tanggung. Mending langsung saja ke kedokteran. Dokterkan masa depannya bagus.. Sekarang dia lagi siap-siap ujian masuk ke UI’, Wanita kedua terdengar menjawab bangga.

‘Kedokteran ujian masuknya susah lho bu, lagian mahal’.

'Gakpapa mbak. Wajarlah kalo mahal. Kan kalo udah lulus duitnya juga cepet. Profesi yang paling menghasilkan sekarang dokter lho mbak. Gak kenal krisis..’, jawabnya. ‘Kalo masalah biaya sih udah disiapin. Ntar kalo kurang yah kita paksain minjem di bank. Itung-itung investasi kalo bapaknya anak2 bilang. Ntar kalo dah jadi dokterkan bisa impas..’. Sambungnya lagi.

Sampai sini pikiran saya melayang. Teringat dua minggu yang lalu ketika harus membayar 250 ribu untuk sekali suntik dan beberapa tablet obat antibiotik karena demam dan batuk yang tak kunjung reda. Tetangga saya habis 2,5 jt untuk dua hari menginap di RS. Yah.. betul memang biaya kesehatan itu mahal. Setuju saya dengan ucapan Ibu tadi bahwa dokter saat ini menjadi profesi yang paling menghasilkan. Jauh dibanding dengan apoteker, insinyur, apalagi chemist. Padahal lama study hampir sama. Haha.. sedikit menyesal kenapa dulu ndak kuliah di kedokteran saja..

Rumah sakit saat ini berlomba-lomba meningkatkan kenyamanan. Mereka sepertinya tidak mau kalah dengan hotel berbintang. Kamar AC, TV, DVD/VCD player, kulkas, line telephon, mini bar, sofa, meja makan, pemandian air panas, karaoke, bahkan fasilitas futsal dan kolam renang-pun ada. Tidak heran kalau tarif satu hari lebih dari 1,5 juta rupiah. Mereka menggunakan alasan itu untuk mematok tarif selangit. Tarif yang mustahil dijangkau kebanyakan rakyat kita.

Tapi apa iya sekarang ini motivasi untuk menjadi dokter hanya berhenti pada motif ekonomi dan profit semata. Pertimbangan masuk ke fakultas kedokteran hanya karena hitung-hitungan materi. Karena profesi dokter lebih menjanjikan dan lebih basah dari pada profesi lainnya. Entah kemana tujuan mulia menolong sesama manusia, apakah mereka lupa pada sumpah hippokrates yang pernah diucapkannya?

Tiba-tiba diri ini dilempar kembali pada percakapan dengan ibu teman saya sewaktu kuliah dulu.

‘Nak Wahyu, Ibu setiap hari berdoa agar keluarga kami dimudahkan rejekinya, tapi Ibu suka merasa nggak enak.. Ibu bingung.. Kalau Ibu minta dilancarkan rejekinya, berarti Ibu minta banyak pasien yang datang ke Bapak. Itukan sama saja berdoa supaya banyak orang yang sakit dan kena musibah..’. Ck..ck... Salut saya dengan rasa empati beliau.

Mungkin betul zaman berubah. Saat ini materi diatas segala-galanya. Tidak seperti dulu ketika para dokter betul-betul karena panggilan perikemanusiaan. Sekarang dokter dijadikan bisnis. Penderitaan orang lain dieksploitasi dan dimanfaatkan. Rumah sakit berubah menjadi ladang mengumpulkan harta. Menjadi institusi yang mengedepankan profit dan keuntungan.

Rumah sakit saat ini menjadi pilihan usaha yang lebih menggiurkan ketimbang apartemen dan usaha properti lainnya. Pasien yang memang butuh kesembuhan dan ingin terbebas dari penderitaan terpaksa ikut aturan mereka tanpa bisa berbuat apa. Bahkan sampai rela hilang harga diri pontang-panting mencari surat keterangan miskin dari desa agar mendapat secuil keringanan dari rumah sakit, institusi bernaung para dokter yang terhormat. Kalau melihat ini wajar bila fenomena Ponari bisa terjadi.

Cekikikan gadis kantoran yang berjalan pergi menyadarkan saya. Terlihat petugas loket sebelah yang baru kembali dari makan siangnya membuka loket dan mengambil papan bertuliskan ‘istirahat’ yang terletak di atas meja. Dengan cepat saya meluncur berpindah ke sana. Seraya menyerahkan amplop berisi laporan pajak saya bertanya, ‘sudah selesai pak makan siangnya?’.


‘Hmmm...’, jawab bapak petugas loket tanpa senyum.

Sekedar info, berbeda dengan di kita, Rumah sakit di Amerika sana adalah nama sebuah band beraliran rock instrumental asal California. Nama band yang aneh...


Read more...

Friday, March 20, 2009

Validasi Metode Analisis

Salah satu hal yang melelahkan setelah membuat suatu metode analisis baru adalah melakukan validasi. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi.

Kali saya akan mencoba menulis tentang tahapan validasi. Karena metode yang sering saya gunakan adalah HPLC, maka saya gunakan HPLC sebagai contoh dalam artikel kali ini. Namun sebetulnya tahapan validasi hampir mirip untuk semua jenis metode analisis.

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

1. Accuracy (Kecermatan)

Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Accuracy dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method).

Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam plasebo (semua campuran reagent yang digunakan minus analit), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Recovery dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obatan paten, atau karena analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur kalus, maka dapat dipakai metode adisi.

Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan).

Pada metode penambahan baku, pengukuran blanko tidak diperlukan lagi. Metode ini tidak dapat digunakan jika penambahan analit dapat mengganggu pengukuran, misalnya analit yang ditambahkan menyebabkan kekurangan pereaksi, mengubah pH atau kapasitas dapar, dll.

Dalam kedua metode tersebut, recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Biasanya persyaratan untuk recovery adalah tidak boleh lebih dari 5%.

2. Precision (keseksamaan)

Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan).

Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.

Reproducibility adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang
berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan
terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama. Reproducibility dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama dengan menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda.

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis.

Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar deviasi relatif antara laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu per seribu adalah 5%. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16%, dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32%. Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD harus lebih dari 2%.

Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya keseksamaan
ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk menganalisis pengaruh pengotor dan hasil
degradasi terhadap keseksamaan ini.

3. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung
bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan
lain yang ditambahkan.
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa
plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.

Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas dapat
ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk
pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas. Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya (Rs).

4. Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan
tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit
dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara
hasil analisis terhadap konsentrasi analit.

Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya.

Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi
yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko.

Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang r = +1 atau –1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy).
Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan matematik tersebut dapat diukur

5. Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification)

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur
respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan

Q = (k x Sb)/Sl

Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)

Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.)

a. Batas deteksi (LoD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:

LoD = (3 Sy/x)/ Sl

b. Batas kuantitasi (LoQ)
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:

LoQ = (10 Sy/x)/Sl

Cara lain untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio S/N (signal to noise ratio). Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara menghitung tinggi derau pada pengukuran blanko sebanyak 20 kali pada titik analit memberikan respon. Simpangan baku blanko juga dihitung dari tinggi derau puncak ke puncak, jika diambil dari tinggi puncak derau atas dan bawah (Np-p) maka s0 = Np-p/5 sedangkan kalau dari puncak derau bawah saja (puncak negatif) maka s0 = Np/2, selanjutnya perhitungan seperti tersebut di atas.

6. Ketangguhan metode (ruggedness)

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.

Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi
yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama.

Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan secara statistik menggunakan ANOVA pada kajian kolaboratif yang disusun oleh Youden dan Stainer.

7. Kekuatan (Robustness)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C).

Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Faktor risinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan nilai faktor-faktor ini
dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi yang telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan.

Nilai Penetapan faktor eksperimental
#1 #2 #3 #4
A atau a A A a a
B atau b B b B b
C atau c C c c C

Untuk menentukan efek perubahan A, banding rata-rata hasil (#1 + #2)/2 dengan (#3 + 4)/2, Untuk efek perubahan B, bandingkan (#1 + #3)/2 dengan (#2 +#4)/2 dan seterusnya.


Demikian tahapan validasi metode analisis yang biasa dilakukan. Untuk anda yang akan melakukan validasi saya ucapkan selamat berjuang. Pesan saya, sabaaar... hehe.
Semoga berguna.

Read more...

Sunday, March 15, 2009

Di balik 'Zero sugar'

Pernahkah anda melihat iklan di televisi mengenai minuman ringan yang katanya tidak mengandung gula, ‘zero sugar’. Ya.. trend baru dalam industri minuman ringan yang saat ini sepertinya sedang naik daun. Coca cola ’zero sugar, Sprite ’zero sugar’, mungkin sebentar lagi akan menyusul Fanta ’zero sugar’. Entahlah..
Sekarang saya ingin bertanya. Pernahkah anda berpikir sebetulnya apa sih keistimewaan dari ’zero sugar’?

’Zero sugar’ artinya tidak mengandung gula. Atau kandungan gula dalam minuman tersebut 0 %. Namun hal ini tidak berarti bahwa minuman ini tidak berasa manis. Rasanya tetap manis. Hal ini karena peran gula sebagai pemberi rasa manis digantikan oleh pemanis buatan, seperti Sakarin, Aspartam atau Siklamat. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa gula dihilangkan, padahal rasa manis tetap dipertahankan? Bukankah gula sebagai pemanis alami justru lebih aman ketimbang pemanis buatan?

Sesungguhnya ada beberapa alasan dibalik substitusi gula dengan pemanis buatan pada produk makanan/minuman. Diantaranya adalah:

Untuk membantu mengurangi berat tubuh. Beberapa orang yang memiliki problem obesitas memilih untuk mengurangi asupan energi dengan menggantikan pemanis berenergi tinggi dengan pemanis buatan yang memiliki kandungan ernegi rendah. Hal ini membuat mereka dapat mengkonsumsi makanan/minuman dengan jumlah yang sama namun memiliki energi yang lebih kecil.
Perawatan gigi. Pemanis buatan mempunyai sifat ramah terhadap gigi. Mereka tidak terfermentasi oleh microfloral yang terdapat pada plak gigi sebagaimana halnya gula.
Diabetes mellitus. Orang dengan masalah diabetes mempunyai masalah dalam pengaturan level gula darah. Dengan mengurangi asupan gula dan menggantikannya dengan pemanis buatan, mereka dapat tetap menikmati rasa manis tanpa takut kadar gula darahnya melonjak.
Reactive hypoglycemia. Orang-orang dengan reactive hypoglycemia akan memproduksi insuline secara berlebih sesaat setelah menyerap glukosa ke dalam aliran darah. Hal ini menyebabkan kadar gula darah jatuh dibawah kadar gula darah normal. Sehingga layaknya penderita diabetes, mereka harus menghindari asupan makanan high-glycemic, dan memilih pemanis buatan sebagai pengganti gula.

Dan sepertinya hal tersebut jugalah yang menjadi alasan produsen minuman ringan untuk meluncurkan produk ‘zero sugar’. Selain itu juga produk ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat (terutama kaum muda saat ini) yang begitu memperhatikan berat badannya dan khawatir akan problem obesitas. Tapi apakah betul karena alasan tersebut produk ‘zero sugar’ diluncurkan..??

Saya pernah mendengar pernyataan yang sedikit miring dan kritis akan maraknya produk ‘zero sugar’ akhir-akhir ini. Produsan gula alami masih sangat tergantung pada bahan bakunya yaitu tebu. Dan karena saat ini tebu juga digunakan untuk produksi ethanol, maka terdapat persaingan tebu sebagai bahan baku gula dan tebu sebagai bahan baku pembuatan ethanol. Kebutuhan tebu-pun meningkat. Harga tebu menjadi naik dan akibatnya harga gula alami juga ikut mengalami kenaikan.

Untuk mensiasati ini, para produsen makanan dan minuman berbondong-bondong beralih pada pemanis buatan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi. Dan agar terlihat menarik maka digunakan istilah ’zero sugar’ sebagai bahasa iklan dan siasat maketing lengkap dengan promosi gencar diberbagai media. ’Zero sugar’-pun dengan cepat menjadi trend baru. Dan masyarakat yang mengaku ’gaul’ dan mengikuti perkembangan modernitas merasa bangga bila telah merasakan dan membeli produk minuman ini.

Sayangnya mereka tidak mengerti dan memahami apa sesungguhnya yang telah mereka konsumsi. Mereka tidak mengetahui tentang pemanis buatan dan bahayanya bagi kesehatan. Produsen-pun tidak menyinggung bahwa produknya adalah produk khusus bagi para penderita diabetes dan orang yang mempunyai masalah terhadap asupan gula. Bahkan sengaja dibuat agar terkesan produknya memang bukan hanya diperuntukan bagi para penderita diabetes yang notabene pangsa pasarnya tebatas dan kecil. Namun semua orang dapat mengkonsumsi produk ini terlepas dari resiko pemanis buatan. Dan banyak masyarakat yang menyimpulkan bahwa produk ’zero sugar’ lebih baik dan sehat dibanding produk pendahulunya.

Perlu diketahui bahwa sebagian besar zat aditif pada makanan mempunyai resiko yang merugikan kesehatan. Termasuk pemanis buatan. Sakarin, dan Siklamat, semuanya merupakan zat karsinogenik penyebab kanker. Studi dengan menggunakan tikus menunjukkan bahwa Sakarin dapat menumpuk dan mengendap pada kandung kemih dan menyebabkan kanker dan tumor. Tidak berbeda jauh dengan Siklamat. Aditif ini juga dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Di negara-negara maju seperti di Amerika serikat, penggunaan Sakarin dan Siklamat telah dilarang penggunaannya. Pemanis buatan yang masih diijinkan penggunaannya adalah Aspartam.

Produk ’zero sugar’ mungkin baik bagi para penderita diabetes dan yang mempunyai masalah terkait penggunaan gula alami. Namun bagi orang normal, saya rasa masih lebih baik mengkonsumsi makanan/minuman yang menggunakan pemanis alami ketimbang pemanis buatan.

Artikel tentang perkembangan pemanis sintetis terbaru dapat dilihat di sini.

Artikel sejenis:

1. http://yellashakti.wordpress.com
2. http://www.cancer.gov
3. http://en.wikipedia.org

Read more...

Monday, March 9, 2009

Bumi tanpa bulan


Beberapa waktu yang lalu ketika pulang dari olah raga bulu tangkis malam hari saya terkesima begitu melihat ke langit. Di atas sana tergantung dengan sangat jelas bulan purnama yang penuh. Saking jelasnya sampai-sampai saya dapat melihat gambaran permukaan bulan yang seolah terdiri dari daratan dan samudera. Daratan dengan warna yang lebih gelap dan lautan dengan warna yang lebih terang. Pendaran cahayanya yang nyaman di mata begitu menakjubkan. Menimbulkan perasaan menenangkan yang luar biasa. Pantaslah ada ungkapan ‘seindah bulan purnama’ untuk menggambarkan wajah bercahaya yang elok nan indah.

Semakin lama saya amati dan rasakan, saya temukan bahwa pesona bulan purnama tidak saja indah, tapi juga mempunyai nuansa sakral dan magic. Mungkin karena ini bulan purnama diyakini mempunyai kekuatan gaib dan berbagai mitos supranatural. Sebut saja kisah manusia serigala (Werewolf), manusia yang berubah menjadi serigala saat datang bulan purnama. Para Dewi khayangan yang turun ke bumi untuk mandi setiap malam bulan purnama, bayi yang lahir saat bulan purnama diyakini mempunyai kekuatan lebih, dan cerita-cerita lainnya.

Ya.. mitos biarlah sebagai mitos. Saya tidak akan mengutak-ngatiknya, karena saya takut kualat. Saya takut kalau saya berani mengobok-obok cerita peninggalan nenek moyang, para leluhur nanti akan menyumpahi saya menjadi pria tampan dan gagah. Haha..

Baiklah.. di luar urusan mitos tadi, pernahkah anda berpikir sebetulnya untuk apa bulan itu ada? Apakah peran bulan dalam sistem alam ini. Apa hanya sebagai penghias malam, pemberi cahaya kegelapan malam hari, atau apa? Yuk.. kita cari tahu.
Tidak terlalu banyak orang peduli dan pernah memikirkan hal ini, tapi bulan adalah yang telah menjaga planet kita ini stabil. Tanpanya, bumi kita akan seperti kacau balau layaknya sebuah rollercoaster. Planet kita akan mengamuk.

Gaya gravitasi bulan menyebabkan adanya kenaikan gelombang laut. Tanpa adanya bulan, ketingian laut pasang menurun menjadi 2.5 kali lebih rendah. Konsekuensinya akan sangat dramatis. Banyak delta yang akan kering, sementara sebagian area akan mengalami banjir pasang permanent.Ini akan menyebabkan perubahan besar-besaran pada alam, manusia akan menghadapi masa kekeringan, kelaparan, penyakit dan perang.

Dan hal itu bukan bagian yang terburuk. Karena tanpa adanya bulan, pergerakan rotasi bumi akan kacau, karena tarikan dari planet lainnya khususnya Venus dan Jupiter. Sehingga satu saat anda akan merasa berada di Afrika, sebentar kemudian anda merasa berada di kutub utara. Untuk jangka panjang, hal ini akan menyebabkan pergantian cuaca yang ekstrim, brutal, dan sulit diprediksi.

Bumi akan panas, beku, dan panas kembali. Suatu waktu hidung anda membeku dingin dalam era zaman es, sebentar kemudian suhu bumi akan naik sangat cepat dan panasnya yang hebat akan membuat bola mata anda melompat keluar. Pergantian cuaca yang sangat cepat dapat mengganggu bahkan mengacaukan atmosfir bumi sehingga menjadi tidak layak huni.

Skenario yang lebih parah, bumi akan diam tak berputar dalam periode waktu yang sangat lama. Separuh bumi akan mendapat cahaya matahari, sementara sebagian lainnya berada pada kegelapan tanpa akhir, dan era zaman es abadi.

Tanpa adanya bulan, bumi akan mengalami kejadian seperti saat kiamat yang dikabarkan oleh para nabi. Planet ini akan mulai berputar secara liar. Siang dan malam akan terjadi hanya dalam perkiraan waktu 4-5 jam. Dan akan terjadi badai topan yang sangat dahsyat, sepuluh bahkan ratusan kali lebih besar dari badai terburuk yang pernah terjadi. Kota dan hutan akan rata dengan tanah, pertanian menjadi mustahil dilakukan. Dunia kita menjadi dunia tanpa kehidupan. Planet ini pada akhirnya menjadi planet mati. Mungkin inilah yang terjadi pada planet Mars.

Maka, jika lain waktu anda melihat bulan purnama yang indah di atas sana, bersyukurlah. Berkatnya, tidak ada badai topan melanda, tidak ada zaman es, tidak ada bumi yang kacau. Mari berharap bulan akan tetap ada di tempatnya beberapa waktu.

(Perhitungan para ahli memperkirakan dalam waktu 15 milyar tahun ke depan, bulan masih tetap berada pada jarak yang stabil, sekitar 640 ribu km. Waktu yang cukup bagi cucu bahkan sekian puluh generasi ke depan untuk tetap dapat menikmati indahnya bulan)


NB: Di sini juga (Jakarta) terdapat mitos layaknya sang serigala jadi-jadian (Werewolf), hanya saja berbeda versi. Tepatnya di kawasan Jatinegara, jika bulan purnama penuh dan langit cerah, di sana banyak berkeliaran 'perempuan jadi-jadian'. Waspadalah.. :)

Read more...