Saturday, January 24, 2009

Wajah dan nasib..

Siapa bilang tampang tak menentukan masa depan? Justru wajah cantik dan elok dapat mempengaruhi anda ke depan. Tidak hanya bagi wanita. Namun juga berlaku untuk para pria.

Keindahan fisik dapat memberikan kesempatan lebih banyak ketimbang seseorang dengan penampilan rata-rata. Kesempatan yang lebih besar dalam mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga yang dapat digunakan dalam meraih cita-cita.

Saya teringat dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar. Seorang teman wanita memiliki wajah yang sedap di pandang. Namanya Ira. Penilaian ini tidak subjektif semata, beberapa teman juga mengakuinya. Bahkan ada seorang teman yang saking tergila-gilanya sampai menulis nama mereka berdua di atas meja kelas. Atau teman lainnya yang begitu bahagia bisa mencium bangku bekas tempat Ira duduk. ‘Harum..’ katanya.

Haha.. mungkin anda tidak percaya, namun itu memang terjadi. Ya.. terjadi pada anak SD yang masih bocah dan seharusnya belum mengerti tentang ketertarikan fisik.

Perhatian lebih yang didapat Ira tidak hanya membuatnya populer dikalangan sesama siswa. Namun juga dikalangan para guru. Mereka senang melihat seorang gadis kecil dengan wajah lucu, kulit bersih dan terawat, rambut panjang indah, dan pipi tembam menggemaskan. Hal ini membuatnya medapatkan lebih banyak perhatian dibanding murid lain. Lebih banyak akses dan kesempatan untuk tampil dalam berbagai acara. Misalnya, ketika diadakan pemilihan ketua kelas, kerap ditunjuk guru untuk maju mengerjakan soal, acara pementasan drama saat kenaikan kelas, membaca puisi, dan masih banyak lagi. Dan tentu saja hal tersebut dengan sendirinya memberikan pengalaman berharga bagi Ira. Semua kemudahan itu diperoleh karena dia memiliki wajah yang lebih menarik di banding teman lainnya. Pun demikian ketika di SMP, SMA, sampai bangku kuliah. orang-orang dengan kelebihan fisik selalu mendapat perhatian dan kesempatan yang lebih besar di banding teman lainnya.

Tidak hanya di dunia pendidikan, ini juga berlaku di tingkat lebih lanjut saat bersaing mencari pekerjaan. Saya teringat seorang teman yang mempunyai pengalaman menyeleksi para calon karyawan. Dia mengakui bila para kandidat yang memiliki penampilan menarik mempunyai tambahan nilai tersendiri. Rasa senang melihat penampilan yang apik akan membuka hati dan memberikan kesan yang baik. Kesan pertama yang baik akan memudahkan proses selanjutnya..

Coba sekarang anda bayangkan. Anda diminta memilih dan menyeleksi dua orang yang nantinya akan menjadi rekan kerja anda.

Orang pertama mempunyai wajah yang standard kebanyakan, tidak jelek namun juga tidak terlalu ‘bersinar’. Rata-rata lah.. Sedangkan satunya memilki wajah yang sedap di pandang, simetris, dan senyumannya mampu membuyarkan konsentrasi. Bayangkan Luna maya. Dua-duanya memiliki kemampuan yang seimbang. Saya berani bertaruh, pasti anda akan memilih calon kedua untuk menjadi rekan kerja anda. Atau seandainya dia mempunyai kemampuan sedikit di bawah orang pertama, saya yakin anda masih akan mengusahakan mencari-cari alasan untuk memilih orang kedua. Keterampilan dan skill bisa di pelajari, tapi wajah tidak bisa di ganti, sudah begitu dari sananya. Mungkin demikian pikir anda.

Dalam dunia kerja-pun, penampilan menarik akan mempengaruhi kenaikan jenjang karir. Mereka akan mendapatkan kredit lebih dan kecenderungan memperoleh kemudahan yang lebih besar. Memang sepertinya tidak adil. Namun itu adalah kenyataan yang saya yakin anda juga lihat dalam kehidupan di sekitar. Di sekolah, di kantor, sampai di kendaraan umum. Orang yang mempunyai wajah menarik selalu mendapat perhatian lebih.

Jadi, bersyukurlah anda yang merasa memiliki bentuk fisik yang menarik. Secara tidak langsung anda telah dibantu untuk mendapatkan semua keberhasilan yang akan dan telah anda capai. Dan kalau anda memiliki wajah cantik dan elok namun anda merasa gagal dalam meraih cita-cita, saya hanya bisa mengatakan. ‘Kebangetan..!!’

Read more...

Friday, January 16, 2009

Jambret..

*****

Dewi berjalan di gang pasar yang sempit. Kedua tangannya penuh dengan berbagai barang. ‘Permisi.. ’, ujarnya menembus arus manusia yang padat. Tubuhnya dimiringkan ke kiri dan kanan melewati celah manusia yang sempit. Pakaiannya basah oleh keringat. Kedua lengannya keram, kakinya pegal luar biasa sedari pagi berkeliling pasar.

Dewi baru dapat bernafas lega setelah keluar dari dalam pasar. Ruang terbuka membuatnya lebih tenang. Dia meletakkan barang-barangnya dan menarik nafas dalam-dalam. Aroma sampah dan asap kendaraan menyelinap masuk bersama udara yang dihirupnya. Sengak. Busuk. Tajam menggerus rongga hidung.

Matahari sudah tinggi dan panasnya terasa menyengat di wajah. Sudah cukup lama Dewi berbelanja. Padahal sewaktu berangkat tadi matahari masih mengintip di ujung cakrawala. Langit di sebelah barat masih gelap. Dewi menyapukan pandangannya, matanya menyipit silau oleh cahaya sang surya. Agus yang seharusnya menjemput tidak terlihat. ‘Kemana dia??’, pikir Dewi.

Dewi memutar badannya dan mamandang ke arah timur sepanjang jalan. Tangan kanannya diangkat ke atas dahi meneduhi mata dari silaunya cahaya matahari. Dia melihat deretan becak, kios-kios kaki lima, tukang ketoprak, angkot yang sedang menunggu penumpang, orang yang lalu lalang. Tapi Agus tak nampak.

Sementara itu di depan warung kopi di seberang jalan tampak seorang lelaki memperhatikannya. Pandangannya lurus menatap Dewi. Jari-jari tangannya sibuk memain-mainkan sebatang rokok. Diputarnya rokok tersebut diantara jari telunjuk dan jari tengah. Asap putih menari-nari keluar dari ujungnya yang membara.

Gerakan berputarnya tiba-tiba berhenti. Rokok dihisapnya. Dihembuskan. Dihisap lagi. Kali ini lebih dalam. Lebih lama. Seolah ingin menghisap habis semua kenikmatan yang tersisa. Dibuangnya rokok ke tanah. Dilumatnya dengan gilasan kaki. Sambil menghembuskan asap tebal keluar dari mulutnya, lelaki itu bergerak mendekati Dewi.

Matahari semakin menyengat. Tampak udara kering berhembus berputar membentuk pusaran kecil, menari-nari sambil membawa debu dan sampah-sampah plastik, dan buyar di terjang becak yang penuh muatan sayur mayur.

Dewi merasa kepalanya pening. Dia teringat perutnya belum kemasukan makanan semenjak pagi tadi. Keringat dingin menetes dari keningnya, mengalir ke leher, dan masuk turun melalui belahan dadanya. Dewi mengangkat barang belanjaannya, melangkah menuju emperan toko untuk berteduh.

Seseorang tiba-tiba datang dari arah belakang. Aroma keringat bercampur bau rokok menghambur tajam menyergapnya.. “Mari saya bantu Bu’, Lelaki itu sudah berdiri di sampingnya, badannya membungkuk seraya tangannya berusaha meraih keranjang belanjaan.

Dewi terkejut. ‘Ah.. tidak usah’. Jawabnya singkat sambil cepat berjalan menghindar. Lelaki itu masih terus mengejar. ‘Tak apa-apa Bu. Ibu pasti kerepotan. Mari saya bawakan’. Tangan lelaki itu bergerak. Entah bagaimana tiba-tiba saja keranjang itu sudah di tangannya. Secara refleks Dewi berusaha merebut kembali keranjangnya. ‘ihh.. apa-apaan sih ini’. Gerutunya. ‘Saya mau bantu Ibu’, balas lelaki itu masih tetap memegang keranjang. Dewi melepaskan kantong plastik di tangan kirinya. Tangan yang bebas itu kini ikut menarik keranjang belanjanya. ‘Hei.. mau bapak apa sih..?!’, teriak Dewi. Instingnya mulai merasakan ada yang tidak beres. Kewaspadaannya muncul. Adrenalin mengalir deras. Adegan itu mulai menarik perhatian orang sekitar.

Perhatian orang banyak membuat lelaki itu sadar. Dilepaskan tangannya dari keranjang Dewi. Namun hal itu justru berakibat fatal. Dewi jatuh terjengkang karena momentum tarikannya sendiri. Barang-barangnya berhamburan ke segala arah. Orang-orang sontak menoleh.

Jambreeet..!!’, terdengar suara teriakan. Lelaki itu menoleh ke kanan dan ke kiri dan ketakutan jelas terpancar di wajahnya. ‘Jambreeet!! Tangkap..tangkap..!’, suara lain mulai menyahut. Entah siapa yang memulai, beberapa orang mulai bergerak mendekat. Para tukang becak yang sedang mangkal terlihat berlarian menghampiri.

Melihat gelagat yang tidak diinginkan, lelaki tadi mengambil langkah seribu. Meninggalkan keranjang dan Dewi yang masih belum bangkit dari jatuhnya. Tukang becak, pedagang kaki lima, calo dan preman langsung bergerak mengejar. Kumpulan pemuda pengangguran yang sedang nongkrong kongkow di bawah tenda kaki lima ikut bergabung. “Woii.. berenti lo..!!’. Teriak salah seorang dari mereka. ‘Jambreeet..!!, tangkap..tangkap..!!’.

Lelaki itu terus berlari. Berlari dan berlari. Jauh di depannya terbentang sungai ciliwung. Satu-satunya jalan di sisi sungai sudah dijaga beberapa orang, mengantisipasi sang jambret lari ke arah mereka. Semakin mendekati ujung jalan orang-orang sudah bersiap untuk menghalau. Bahkan ada yang membawa potongan bambu panjang. Tidak ada jalan keluar. Satu-satunya jalan adalah terjun ke dalam sungai. Dan dia melompat ke dalam sungai diiringi teriakan para pengejarnya yang riuh ramai.

Air sungai yang hitampun bergolak. Lumpur terangkat dahsyat. Gelembung besar membuyarkan air yang semula tenang. Mengangkat semua kotoran lumpur dan bau busuk ke udara. Orang-orang berhenti di pinggir sungai. Menunggu. Sementara air sungai yang hitam masih terus bergolak.

Setelah air kembali tenang, beberapa orang mulai menyisir sisi kali, melihat ke bawah jembatan, dan melongok ke dalam gorong-gorong. Tapi sang jambret tidak terlihat sedikit pun. Akhirnya seseorang berinisiatif menggunakan rakit yang biasa digunakan untuk membersihkan sampah sungai. Dua orang di atas rakit bergerak menusuk-nusukkan tongkat bambu ke bawah sungai, gelembung-gelembung hitam membuncah keluar bersama aroma tak sedap. Amoniak.

Diatas rakit, terlihat salah seorang membungkuk, sebagian tangannya sudah berada di dalam sungai. Temannya yang lain segera ikut membungkuk membantu menarik sesosok tubuh dari dalam sungai. Air sungai yang hitam dan beracun telah membunuhnya. Bahkan sebelum dia kehabisan nafas. Mayat itu lalu di bawa ke tepi. Diangkat beramai-ramai dan digeletakkan di pinggir jalan aspal. Matanya setengah terbuka dan tubuhnya masih terasa hangat, pertanda jejak nyawa yang baru saja pergi. Seseorang maju ke depan. Menutup mayat tersebut dengan beberapa lembar koran.

Perlahan-lahan kerumunan itu bubar. Kembali pada rutinitas kehidupan. Membawa satu bahan obrolan ringan. Hari itu. Seorang jambret tewas tenggelam..

*****

Sugeng duduk terpaku di amben depan rumahnya yang berada di pinggiran kali ciliwung. Tangannya memegang selembar kertas. Amplop yang telah terbuka tergeletak di sampingnya. Aroma tak sedap yang keluar dari sungai tak dirasakannya. Sudah sepuluh tahun dia tinggal di rumah tersebut. Hidungnya sudah tebal dan terbiasa.

Istrinya keluar sambil membawa secangkir kopi. ‘Bagaimana pak?’, katanya sembari meletakkan kopi di samping suaminya. Suaranya penuh harap, dan ada kepasrahan disana. Sugeng diam. Matanya masih terpaku pada kertas dihadapannya. Surat itu terasa berat. Membebani jari-jarinya. Lengannya. Membawa perasaan gelisah ke seluruh tubuhnya. Mengalir dan menumpuk berat di dada.

Kemaren pagi datang utusan dari sekolah membawa amplop berisi surat. Surat dengan cap sekolah di dalamnya. Yang menandakan surat itu resmi. Sah. Formal dan berkuasa. Surat itu adalah surat pemberitahuan sekaligus peringatan. Bila sampai tanggal sepuluh bulan ini dia tidak melunasi uang SPP, maka pihak sekolah terpaksa tidak mengijinkan Rani, anaknya, mengikuti ujian akhir.

Sugeng menarik nafas. Dilipatnya kembali surat itu ke dalam amplop. Diletakkannya di samping kopi yang mulai dingin. Dia berdiri., mengambil rokoknya yang tinggal setengah. Dan berjalan pergi meninggalkan istrinya.

’Kopinya tidak diminum Pak?’, tanya istrinya. Sugeng hanya menggeleng perlahan tanpa menoleh. Dilihatnya punggung suaminya itu menjauh. Meski suaminya tidak menjawab. Dia tahu. Dia tahu bahwa besok, Rani tidak akan ikut ujian akhir.

Sugeng duduk di sebuah warung kopi di depan pasar. Pikirannya penuh. Dalam seminggu dia harus berhasil mengumpulkan uang 200 ribu rupiah. Jumlah yang besar. Dengan pekerjaannya sebagai kuli angkat pasar yang berpenghasilan hanya 25 ribu perhari, itupun tidak tentu. Belum lagi biaya makan harian. Mustahil baginya untuk menngumpulkan uang sebanyak itu dalam seminggu.

Didepannya, dia melihat seorang wanita membawa begitu banyak barang. Dia tampak kelelahan. Matanya menoleh ke kanan dan kiri. Mungkin mencari kuli angkat untuk membantu mengangkat belanjaannya.

Saatnya kerja. Pikir Sugeng. Dia tak mungkin dapat membayar SPP anaknya hanya dengan melamun dan meratapi nasib. Dia harus bekerja lebih keras. Lebih giat. Demi masa depan anaknya. Demi menjauhkan buah hatinya dari jejak nasib orangtuanya yang terbelenggu kebodohan dan kemiskinan.

Tiba-tiba semangat menjalar di tubuh Sugeng. Dihisapnya rokoknya untuk yang terakhir kali. Dibuang dan diinjak dengan gilasan kakinya. Dan dia bergerak dengan sejuta harap dan bayangan wajah anaknya.

’Mari saya bantu Bu’, katanya seramah mungkin. ’Tidak usah’, tolak wanita itu. Tidak menyerah dia kembali menawarkan bantuannya. ’tak apa-apa, mari saya bawakan’. Tangannya bergerak mengambil alih keranjang yang berat.

Dengan keras wanita itu menarik kembali barangnya. Tanpa bisa berbuat apa Sugeng melepaskan peganngannya. Wanita itupun terjatuh ke belakang. Sugeng terkejut dan berusaha menolong. Namun terlambat. Wanita itu terjengkang jatuh . Seluruh barangnya buyar berantakan.

’Jambreeet!!’, satu suara terdengar.. ’Tangkaap.. jambreet!!’, suara lain menyusul. Kepanikan menyergap Sugeng. Dia melihat beberapa orang mulai bergerak mendekat. Siap menangkap dan menghakiminya. Dipimpin oleh insting menyelamatkan diri, Sugeng berlari. Berlari secepat mungkin, berlari pergi dari kenyataan.

Para pengejar bertambah banyak. Bahkan dilihatnya beberapa orang siap menghadangnya di depan. ’Mati aku,’ pikirnya. Sugeng terus berlari. Nafasnya tersengal. Tenggorokannya kering dan panas. Dia berlari dan terus berlari.

Tiba-tiba semua suara lenyap. Hening. Semuanya terlihat bergerak dalam gerakan lambat. Setiap gambar dan adegan dapat terlihat jelas olehnya. Dia melihat orang berteriak. Orang yang menunjuk-nunjuk ke arahnya. Orang berlari. Semuanya dalam gerakan lambat. Tanpa suara.

Tiba-tiba dia melihat dirinya sendiri berada dalam suatu perlombaan lari. Para penonton membludak di kanan dan kiri. Didengarnya suara orang-orang memberinya semangat. Dia menoleh dan melihat para pesaingnya berlari mendekat di belakangnya. Sugeng mempercepat larinya.

Di depan, dia melihat istri dan anaknya berdiri sambil melambai-lambaikan tangan. ’Ayo Pak.. Ayo..’, di dengarnya Rani berteriak memberi semangat. Ah.. mimpi. Ini pasti mimpi.. Pikirnya. Maka Sugeng-pun terus berlari. Berlari menikmati mimpinya untuk yang terakhir kali.

Sebentar lagi.. Ya.. Sebentar lagi dia akan memenangkan perlombaan. Kemudian dia melompat. Melompat menyongsong garis finis. Lalu gelap..

Sugeng mendapati dirinya dikelilingi kegelapan. Dan dia sulit bernafas. Sesak. Dia meronta-ronta, menggerakkan tangan dan kakinya ke segala arah. Dia masih merasa sesak. Sesak yang sangat. Seolah dia berada di ruang hampa udara. Sekuat apapun dia mencoba bernafas, sedalam apapun dia mencoba menghirup, tapi tetap tak ada udara. Dan dadanya berat. Seolah seekor gajah berdiri menghimpitnya..

Dia meronta, dan terus meronta. Akhirnya Sugeng diam. Dia merasa amat lelah. Lelah setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Dia ingin istirahat. Tidur.. Ya, Tidur..! Itulah yang dibutuhkannya. Lalu dia berbaring. Menutup kedua matanya dengan perlahan. Sosok istri dan anaknya mulai menghilang. Pudar menjadi bayang-bayang. Dan dia tidak merasakan apa-apa. Sugeng tertidur..

Read more...

Thursday, January 15, 2009

Development metode analisis

Pekerjaan saya mengharuskan untuk kerap bersinggungan dengan kebutuhan akan analisa senyawa yang tidak umum dan tidak biasa digunakan. Hal ini membawa satu permasalahan akan ketersediaan metode analisa yang harus digunakan. Sebagai contoh, baru-baru ini studi dan riset di tempat saya mengharuskan saya untuk melakukan analisa Lovastatin. Suatu senyawa golongan statin yang diketahui memiliki aktifitas sebagai anti kolesterol.

Karena analisa zat ini tidak umum dilakukan, maka ketersediaan metode analisa yang baku-pun sulit diperoleh. Atau bahkan belum ada. Terutama untuk sample produk bioteknologi yang saya hadapi. Oleh karena itu mau tidak mau saya harus mencari dan membuat metode analisa sendiri.

Kimia analisis berhubungan dangan metode untuk menetukan komposisi kimia dari suatu sample. Suatu zat/senyawa dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode analisa seperti Spektoskopi, HPLC, GC, dan lainnya. Pemilihan metode analisa yang akan digunakan tergantung dari beberapa pertimbangan, misalnya sifat-sifat senyawa yang ingin di analisa, konsentrasi senyawa dalam sample, waktu analisa, biaya, tipe analisa, kualitatif atau kuantitatif, dan jumlah sample.

Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi tentang identitas kimia dari analat dalam suatu sample. Sedangkan analisa kuantitaif untuk mengetahui jumlah dan konsentrasi analat tersebut dalam sample. Tentu saja informasi kualitatif diperlukan sebelum dapat melakukan analisa kuantitatif. Proses separasi biasanya diperlukan baik untuk analisa kualitatif atau analisa kuantitatif.

Karena saya telah beberapa kali melakukan development metode analisa untuk HPLC, maka sedikit akan saya ceritakan apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan metode untuk analisa secara HPLC.

Sebelum memulai pembuatan metode analisa, perlu untuk mengetahui labih jauh tentang sifat-sifat sample, tujuan analisa, berapa jumlah sample yang nantinya akan dianalisa dengan metode terkait, serta perlu dilihat jenis instrument HPLC yang dimiliki.

Sifat-sifat sample, seperti apakah hidrophobik atau hidrofilik, apakah mempunyai fungsi protolitik, semua itu akan menentukan pemilihan sistem HPLC yang digunakan.

Terkadang tahapan preparasi sample jauh lebih rumit dan sulit. Hal ini karena sebelum sample diinjeksikan ke dalam column HPLC, diusahakan sample sebersih mungkin dan mengandung kotoran/impuritis seminimal mungkin. Ini diperlukan untuk mendapatkan signal yang bagus yang dapat meningkatkan akurasi hasil analisis. Selain itu juga, sample yang bersih akan memperpanjang life time dari column yang digunakan. Untuk sample yang mengandung analat dalam jumlah yang sangat sedikit, tidak jarang diperlukan proses pemekatan agar dapat terdeteksi oleh detektor.

Pemilihan detektor juga merupakan faktor penting lainnya.
Biasanya dalam mengembangkan suatu metode analisa HPLC, yang menjadi kunci pemilihan metode adalah detektor dan column yang tersedia. Oleh karena itu perlu di ingat detektor dan column apa yang kita miliki. Apabila alat HPLC kita hanya dilengkapi dengan detektor UV, maka carilah metode analisa dengan menggunakan detektor tersebut. Sehingga metode HPLC lainnya yang menggunakan detektor selain UV dapat dikesampingkan. Hal ini dapat mempersempit pilihan terhadap metode analisa yang akan di ambil.

Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah validasi method. Namun ingat, biasanya metode analisa yang digunakan untuk research tidak memerlukan validasi sedetail sebagaimana metode analisa untuk Quality control. Karena fungsi analisa dalam research biasanya hanya untuk membandingkan dan melihat perbedaan. Bukan untuk menentukan kandungan secara akurat. Untuk sample bioteknologi syarat parameter dalam validasi, misalnya akurasi, presisi, dan lainnya, lebih longgar di banding syarat validasi untuk metode lainnya. pada farmasi misalnya.

Read more...

Thursday, January 8, 2009

Cara kerja kacamata 3D

Meskipun tahun 1950 dianggap sebagai era film 3 dimensi, film 3D pertama, ‘The Power of Love’, justru di buat pada tahun1922. Sejak saat itu penggunaan teknologi 3D dalam layar lebar atau televisi telah mengalami pasang surut popularitas. Dan bagi yang telah merasakan menonton film 3D ini, harus mengakui bahwa kacamata 3D sangatlah fantastis dan efisien.



Kacamata ini membuat membuat gambar pada film bioskop dan televisi seperti adegan 3 dimensi yang terjadi tepat di depan anda. Dengan objek bergerak keluar masuk layar dan seolah menuju ke arah anda, dan tokoh jahat yang bergerak keluar untuk menangkap dan meraih tangan anda, kacamata 3D membuat anda merasa bagian dari adegan film, tidak hanya seseorang yang duduk disana menonton adegan tersebut. Mengingat alat ini mempunyai nilai entertainment yang tinggi, anda akan terkejut betapa sederhananya sebetulnya kacamata 3D ini.

Pada artikel kali ini, kita hanya akan membicarakan dua tipe kacamata 3D yang paling populer digunakan. Namun sebelum itu,terlebih dulu kita cari tahu tentang sistem binocular.

Manusia lahir dengan dua buah mata dan sistem penglihatan binocular yang sangat luar biasa. Untuk objek dengan jarak lebih dari 20 kaki (6 samapi 7 meter), sistem binocular membuat kita mudah menetukan seberapa jauh jarak objek tersebut secara akurat. Sebagai contoh. Jika ada beberapa objek di depan, kita akan dengan mudah mengetahui objek mana yang lebih jauh dan objek mana yang lebih dekat, serta seberapa jauhnya jarak objek tersebut dengan kita. Apabila anda melihat dunia dengan sebelah mata tertutup, anda akan tetap dapat memperkirakan jarak, namun keakuratan perkiraan jarak akan menurun.

Untuk melihat seberapa besar perbedaannya, mintalah seorang teman untuk melemparkan bola dan coba untuk menangkap bola tersebut sementara sebelah mata anda tertutup. Juga coba pada ruangan yang sedikit cahaya atau pada malam hari. Pada kondisi ketersediaan cahaya sedikit, perbedaan akan semakin terlihat. Akan lebih sulit untuk menangkap bola hanya dengan sebelah mata terbuka di banding kedua mata terbuka.

Atau lakukan percobaan berikut.

Fokuskan pandangan anda pada gambar sebuah mata di bawah ini. Lalu taruh ibu jari didepan hidung anda menghalangi pandangan. Pandangan tetap fokus pada gambar mata tadi. Maka anda akan melihat gambar mata tersebut berada diantara dua ibu jari. Dan jika fokus pandangan anda alihkan pada ibujari anda, maka ibujari anda berada di antara gambar dua mata. Jika hasil yang anda dapatkan seperti itu, maka sistem binocular anda masih berfungsi baik.




Sistem penglihatan binocular berdasarkan pada kenyataan bahwa dua mata kita terpisah dengan jarak 2 inchi (5 cm). Dengan demikian setiap mata melihat dunia dari perspektif yang sedikit berbeda, dan otak menggunakan perbedaan tersebut untuk menghitung jarak secara akurat. Otak memiliki kemampuan untuk mengkorelasikan dan memperkirakan posisi, jarak, bahkan kecepatan suatu benda melalui data yang diperoleh dari sistem binocular mata.

 Dalam menonton film 3D, alasan kenapa anda memakai kacamata 3D adalah untuk mengumpan gambar yang berbeda pada mata. Layar sesungguhnya menampilkan dua gambar, dan kacamata menyebabkan satu gambar masuk ke satu mata, dan gambar lainnya masuk ke mata yang satunya. Terdapat dua sistem umum yang digunakan.

A. Kacamata berbeda warna. Merah/hijau, atau merah/biru.

Sistem ini menggunakan kacamata berbeda warna. Merah/hijau atau yang lebih umum merah/biru. Pada film 3D, proyektor akan menampilkan dua jenis gambar sekaligus. Filter pada kacamata memperbolehkan hanya satu jenis gambar yang masuk ke tiap-tiap mata, kemudian otak akan menyelesaikan sisanya. Sistem kacamata berbeda warna ini mempunyai kelemahan. Warna pada film tidak terlihat dengan baik, sehingga kualitas gambar yang terlihat kurang begitu baik.


B. Kacamata Polarisasi

Di Disney world, Universal studio, dan tempat 3D lainnya, metode yang digunakan adalah lensa polarisasi, karena menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik. Dua buah proyektor memproyeksikan dua respektif pada layar, masing-masing dengan polarisasi yang berbeda. Kacamata membuat hanya satu image yang masuk ke tiap-tiap mata karena terdapat lensa dengan polarisasi berbeda.


Sebetulnya ada beberapa sistem lagi. namun karena terlalu rumit dan mahal, mereka tidak digunakan secara luas.



Read more...

Thursday, January 1, 2009

Beasiswa ITB Untuk Semua


Program "ITB Untuk Semua" adalah suatu skema penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung yang secara khusus menyediakan bangku kuliah bagi para lulusan sekolah menengah umum dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi (penghasilan kedua orang tua di bawah atau sama dengan Upah Minimum Regional setempat). Uang pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan biaya hidup selama menempuh kuliah di Bandung akan didanai beasiswa "ITB Untuk Semua" (alokasi dana 100 jt per anak utk lima tahun). Dana akan diperoleh dari alumni ITB, baik perseorangan atau berkelompok (alumni yg sudah bersedia menjadi orang tua asuh adalah Ir. Benny Subianto, Ir. Martiono Hadianto, Ir. Betty Alisjahbana, Ir. Karen Agustiawan, dll). Sekitar 100 bangku kuliah disediakan secara khusus bagi para lulusan SMU angkatan 2009 dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi.

Para calon penerima beasiswa akan mengikuti Penelusuran Minat, Bakat, dan Potensi ITB (PMBP) jalur beasiswa penuh. Sebelum kuliah, para calon yang diterima akan mengikuti masa persiapan untuk membantu penyesuaian diri dengan suasana kuliah serta kehidupan di Bandung. Selama kuliah, para mahasiswa program "ITB Untuk Semua" akan mendapat pembimbing khusus untuk membantu menyelesaikan kendala studi dan mengatasi persoalan personal yang mungkin muncul selama menempuh kuliah di ITB. Para mahasiswa juga akan diberi kesempatan mengikuti ceramah-ceramah inspirasional, studi banding ke lokasi-lokasi penerapan teknologi tepat guna, dsb. Para lulusan program "ITB Untuk Semua" diharapkan kelak akan menjadi agen perubahan di daerah asal mereka.

A. Persyaratan


Para calon penerima beasiswa "ITB Untuk Semua" harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

* Calon lulusan sekolah menengah umum pada tahun ajaran 2009 (bidang studi IPA untuk fakultas Sains dan Teknik).
* Berasal dari keluarga yang tak mampu secara ekonomi (penghasilan kedua orangtua di bawah Upah Minimum Regional setempat)
* Memiliki prestasi akademik yang sangat baik.
* Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah (lebih diutamakan yang memiliki bakat memimpin)
* Mendapat rekomendasi dari kepala sekolah
* Bersedia mengikuti ujian penerimaan yang dilakukan ITB


B. Bidang Studi yang Dapat Dipilih

Fakultas/Sekolah yang dipilih oleh calon penerima beasiswa adalah sbb:

* Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD),
* Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL),
* Fakultas Teknologi Industri (FTI),
* Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),
* Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD),
* Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM),
* Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI),
* Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),
* Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB),
* Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH),
* Sekolah Farmasi (SF),
* Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM).

C. Cara Mendaftar


Kirimkan berkas formulir pendaftaran (pada halaman terakhir leaflet ini, boleh di-fotocopy) dengan dilengkapi dokumen sbb:

* Fotocopy halaman depan rapor SMU dan halaman-halaman nilai (dari semester I hingga V) yang telah dilegalisir pihak sekolah
* Surat keterangan berasal dari keluarga yang secara ekonomi tak mampu dengan ditandatangani Ketua RT/RW (Yang dimaksud keluarga yang secara ekonomi tak mampu adalah penghasilan kedua orangtua per bulannya di bawah atau sama dengan Upah Minimum Regional setempat. Kami akan> melakukan survey lapangan secara random untuk mengetahui kondisi keluarga calon mahasiswa)
* Surat dukungan/referensi dari kepala sekolah
* Tulisan 1 halaman kertas A4 (boleh diketik atau tulis tangan) yang menjelaskan mengapa pendaftar ingin mengikuti program "ITB Untuk Semua"
* Tulisan 1 halaman kertas A4 (boleh diketik atau tulis tangan) yang menggambarkan kondisi keluarga pendaftar [Misalnya, menceritakan pekerjaan orang tua, kegiatan pendaftar di luar sekolah, kondisi masing-masing anggota keluarga, dsb]

Berkas pendaftaran lengkap dimasukkan amplop coklat berukuran besar dan dikirim ke:

Panitia Penerimaan Beasiswa "ITB Untuk Semua"
Direktorat Pendidikan ITB

u.p. Kasubdit Penjaringan Mahasiswa/Ketua Lembaga TPB
Gd. CCAR ITB Lt.4
Jl. Tamansari 64 Bandung

Berkas paling lambat dikirimkan pada 20 April 2009 (cap pos)

Ujian Penerimaan
Panitia seleksi tahap awal program "ITB Untuk Semua" akan melakukan penilaian berdasarkan berkas yang masuk. Penilaian meliputi:

* Kemampuan akademik
* Motivasi (dilihat dari tulisan mengapa pendaftar ingin mengikuti program "ITB Untuk Semua")
* Kondisi keluarga (dilihat dari tulisan kondisi keluarga pendaftar)
* Pengujian kebenaran data yang diberikan kepada pihak sekolah

Dari hasil penilaian tersebut, panitia tahap awal akan memanggil (melalui surat) calon-calon potensial untuk mengikuti Ujian Saringan Masuk (USM) jalur PMBP terpusat dan wawancara di kampus ITB di Bandung. Seluruh biaya transportasi dan akomodasi selama ujian akan disediakan oleh ITB. Ujian ini akan berlangsung pada 29 Mei- 31 Mei 2009.

Panitia akan mengumumkan penerima beasiswa (hanya calon potensial, yang diterima yang akan dikirimi surat) pada pertengahan bulan Juni 2009. Penerima beasiswa akan berkumpul kembali di Bandung pada akhir bulan Juni 2009 untuk mengikuti program penyesuaian diri.

Pada bulan Agustus 2009, penerima beasiswa "ITB Untuk Semua" mulai mengikuti perkuliahan di ITB.

ITB Harmonia in progresio

Read more...

Perancang lambang negara RI ; Burung Garuda

Pernahkah anda bertanya tentang siapakah yang telah merancang lambang negara kita Garuda Pancasila???
Soekarno..?? Bukan!!
Bung Hatta..?? Juga bukan!!
Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Waktu itu Soekarno mengadakan sayembara pembuatan lambang negara. Yang lolos adalah karya Sultan Hamid II dan karya M Yasin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Read more...